About Me

My photo
Munich, München, Germany
Logical Development in Indonesia, Original Ideas, Rules, Politics, Science and Landscapes Architectures Technology with Philosophy Approaches

Thursday, 6 December 2018

BIASANYA

Biasanya

By. Nahdia el Lathief

Biasanya manusia itu suka terbalik balik 
Kalau dia tak pernah memuja tuhannya dia daku paling pemuja
Bila dia tak pernah bertemu rosulnya
Dia berasa paling paham DIA
Bila dia tak pernah bertafakur dan beramal sholeh sepanjang hidupnya
Dia umumkan yang paling sholeh diantara

Biasanya,
Kalau sudah suci betul perangainya
Dia tak butuh baju putih
Memakai pakean hitam dan tampak hitam
Jauh menjaga hati dari kesombongan
Apalagi biasanya kesombongan amat dekat dengan perilaku setan

Aku seperti biasanya,
Hidup tanpa beban meski gelisah memuncak dikeseharian
Pernah ku memajat tebing
Yang biasanya membunuh orang
Tapi aku menaikinya sambil bernyanyi riang
Jurang dibawah tak sedalam
Langit yg diatas
Atas dan bawah sama saja
Karena kita berada di putaran arsy NYA

Biasanya lumut itu hidup
Dibasah dinding pengembaraanmu
Tampak hijau memang
Tampak menghidupi 
Namun tak pernah bisa kau nikmati
Biasanya malah seperti metamorfosa
Atau tempat binatang renik di bawah nya liar
Menggerogoti jiwa

Biasanya kalau sudah begini
Aku pergi saja
Sudah selesai kubaca
Jilid akir
Dari cerita
DA


Puisi lima menitan, 6 des 2018 ; 03:35

Wednesday, 21 November 2018

Nyanyian Rindu Satu

Aku harus bilang apalagi padamu yang merindukanku
Kalau hati ini sudah bulat membatu
Menarikku mengajakmu bercumbu
Tapi malu terlanjur menjadi perilaku
Kusembunyikan saja mukaku

Aku harus menunggu apalagi engkaupun sudah setua ini
Menunggu Harapan 
Seperti daun yg baru saja tumbuh
Bila tak hati hati bisa saja
Hijaunya yang baru terus menguning begitu saja
Dan jatuh ke bawah

Aku tak peduli bila nanti mengejar bayanganku sendiri
Asalkan kita menyatu 
bisa bergandengan tangan di tengah malam 
Aku tak peduli seribu orang di belakangku menghunuskan pedang
Siap mengambil kemaluanku
Apalagi hatiku
Mempermalukanku dan mengibarkan permusuhan
Berkibar kibar seperti bendera
Dan seluruh dunia tahu
Rahasia

Cinta adalah rahasia dari yang paling rahasia
Namun rindu kita tak mampu kurahasiakan
Pada burung bul bul
Pada matahari

Apalagi pada mu

Tuesday, 13 November 2018

AKU PADAMU

AKU PADAMU

By. Nahdia El Lathief

Aku tak pernah  serindu ini padamu
tak pernah serindu ini pada tanah lahirku
Aku tak pernah sebahagia ini pada pencapaianku
Dan tak pernah seyakin ini
Kalau hati kita terhubung

Orang merdeka adalah orang yang berani dikulum rindu sendiri
Berani dibenci ribuan orang karena kepercayaan diri
Pada kebenaran

Aku tak pernah sedahsyat ini merindu
tak pernah sekuat ini mencintamu
Tak pernah berdekup kencang seperti kuda kuda terbang
Nyanyian musik dunia yang berani aku tundukkan
Karena aku telah memiliki diriku sendiri seutuhnya
Tanpa bergantung oleh kebaikan orang
Apalagi kekuasaan

Aku padamu adalah simbol pembebasan
Pilihan cinta yang terabaikan
Aku padamu adalah dua hati yang dihidupkan oleh Tuhan
Untuk menghidupi orang
Bukan minta hidup dan recehan

Saturday, 27 October 2018

PUISI Musthofa Bisri

PERKENANKAN AKU MENCINTAIMU

Perkenankanlah aku mencintaimu seperti ini
Tanpa kekecewaan yang berarti
Meski tanpa kepastian yang pasti

Harapan-haraoan yang setiap kali dikecewakan kenyataan
Biarlah dibayar oleh harapan-harapan baru yang menjanjikan

Perkenankanlah aku mencintaimu semampuku
Menyebut-nyebut namamu dlm kesendiriankupun lumayan
Berdiri di depan pintumu tanpa harapan
Kau membukakannya pun terasa nyaman
Sekali-kali membayangkan kau memperhatikanku pun cukup memuaskan

Perkenankanlah aku mencintaimu sebisaku

KH A Mustofa Bisri

Puisi ini buatmu

By. Nahdia El Lathief

Aku ingin menitipkan cinta di dalam puisiku
Sama sepertimu
Rindu yang bergelora
Sepanjang musim tak bersua

Bila engkau baca pesanku
Dekup jantungmupun ku dengar
Meski didepanku engkau diam saja

Aku ingin menitipkan doa yang tulus
Setiap malam ku terjaga
Menunggu engkau bangun
Dan menyalakan tanda

Kekasihku,
Katamu engkau Menyebut-nyebut namaku dlm kesendirian
Namun aku tak menyebutmu saja dalam sendiri, dalam keramaianpun lumayan
Katamu engaku selalu Berdiri di depan pintu dg harapan
Aku membukakan pintu
Namun sudah lama sejak kanak pintu pintuku terbuka untukmu dan terasa nyaman
Tak Sekali-kali membayangkan kau dan memperhatikan kau, namun berkali kali aku mencuri perhatian kau meski hasilnya tak memuaskan

Akulah kekasihmu
Satu satunya
Meski  kita berjarak 40 abad lamanya
Engkaulah kekasihku
Satu satunya
Sebelum tuhan berkata jangan
Puisi ini masih buatmu

Saturday, 29 September 2018

Cinta

Cinta

By.  Nahdia El Lathief

Cinta bawalah aku kepusarannya
ditolak oleh bumi, di lindungi oleh asa
Cinta menarikku hingga ke bibir langit
Dikulum ombak sampai tak berbatas pantai jiwa
Senyap dan berhenti

Pekat dan dahaga itu bergantung pada diri melepaskan rasa
Terasa pekat seperti kopi yg diseduh dengan cinta
Menikmati rasa bersatunya sang pencipta
Lewat debaran cinta yang tak pernah jenuh mengirimkan signalnya

Cinta adalah cinta yg tak tau kapan bersuka cita
Berjalan saja,
Bilamana disekitar rumahmu kau dengar
Bayi bayi suci menangis, ditinggalkan ayah ibunya mati
Cinta tumbuh dan hadir disirami oleh empati
Bilamana disekitarmu gemuruh pesta
Hingga anak muda membunuh teman mainnya sendiri
Di arena bola dia bermain dg suka cita
Cinta bagaikan golok tajam dan taring yg menyeringai

Cintailah cinta wahai pecinta
Zikirmu tiada pernah terhenti
Oleh bisikan iblis
Mereka terus saja membayangkan wajah kekasih bercinta
saat pagi cahaya pertama subuh tiba
dibawa dan disimpan ketika malam menjelang senja
Cinta cintaku menunggumu disana

29/09/18

Sunday, 16 September 2018

PUISI BUAT ENGKAU

Oleh  : Nahdia El Lathief

Kebisingan beban Kita pernah menumpuk
Lupa bercanda dan tertawa
kami pernah marah bersama sama di jalan ini, terdengar seperti kehidupan yang seru
Kita pernah membutuhkan dua roda untuk mempercepat laju perjalanan kita,
Ini mustahil, karena hatiku suka berpindah pindah
Aku yang menyukai kebiasaanmu meremas tanganku
Aku adalah tempat yang indah bagimu dan selalu begitu untuk tanganmu meraih ku
Aku adalah sinar lampu malammu dan peri salju yang hanya bisa di sentuh oleh bulan tanpa gerhana

Tubuh mungilku,
karakterku yg lincah
Semuanya adalah Keindahan melintasi ruang dan waktumu
Semua yang ada padaku adalah penuh dedikasi
Semua yang ada padamu hanya untuk kerajaan hati dan pikiranmu sendiri

kita adalah sejoli yang tak pernah mengeluh tentang berapa sinar matahari yg menerpa tubuh tuamu
atau hujan yg terus menepis batu

Bersama-sama kita akan mengatasi apa yang kita cari
Memang aku sesuatu yang paling sulit kau dapatkan di bumi ini, semacam itu gambaran yang akan kau temui  ketika nanti aku selalu berada di sisimu nanti,

Engkau bisa pergi jauh sesuka engkau
Karena aku yakin aku dan engkau sudah terhubung dalam ranah kesetiaan yg tua
Engkau Tidak perlu tahu, itu engkau yang selalu membawakanku bunga
Atau engkau yg menyelipkan cincin di jari

Aku akan tetap  menunggu,
mungkin suatu hari engkau akan menolak, menyentuhku lagi
Atau  jalan panjang yang sulit saat di peraduan
Penuh Debu dan batu
Asap dan bau

Semua telah membuatku semakin dekat dengan mu
Sebagaimana iqbal dan iqlima, kita sudah tumbuh bersama
di tanah dan cuaca

Aku sudah lama menunggu
Aku juga sudah lama menjelma cinta
Di tempat yang sama saat engkau diam saja
Membiarkankanku membeku dan bekaca kaca

Sunday, 26 August 2018

KALAU RINDU PADAMU



Kalau rindu padamu itu sebatas rindu gunung pada para pendaki, 
Tentu tak kubiarkan hatiku dijajahmu tiap kali engkau membuka masa lalumu
Kalau rindu padamu itu tak berarti cinta
Tolong katakan kepadaku
Agar angin tak berisik berbisik

Yang aku tau, rindumu sebatas cakrawala
Tak pernah jatuh dan dipunggut pecinta
Rindumu milik dirimu sendiri
Yang diamini oleh pemuja

Kalau saja,
Engkau muda sepertiku
Awanpun akan kau arak kesini
Menyaksikan darah mengalir, saat ditikamkan jantung 
Atau nadi yg terhimpit, saat berat tak disapa

Aku tak mengenal duniamu, wahai pertapa tua
Yang aku tau saat engkau hadir disini tua dan muda itu
Hanya kilasan warna
Yang diberikan Tuhan pada lembar kafan
Engkau memakainya ataupun tak
Hidup tetap bergerak

04:23
25/08/018

Sunday, 19 August 2018

Sungguh

Sungguh

By. Nahdial El Lathief
Sajak buat kekasihku Ahmad Mustofa Bisri

Sungguh aku tidak tau engkau seorang wali 
Sinar yang datang diruanganku ini adalah pesona Mu
Semua pecintamu rela datang mengantri
Hanya untuk menemui berkah Mu

Sungguh aku tidak tau Engkau adalah sang Guru
Kilauannya membuat mata jatuh 
Semua menuntut ilmu
Semuanya bodoh dihadapanmu

Sungguh aku tidak tau nama besarmu
Berderet karya dan keagungan disandang
Tak satupun berani menyentuhmu
Apalagi memujamu sebagai laki laki biasa

Sungguh aku tidak tau
Yang aku tau engkau hanya mustofa
Lelaki yang bisa menjadi manusia biasa
Yang duduk denganku menanti fajar tiba

Karena ketidaktauanku aku sungguh sungguh
Melawati jalan ini hanya untuk bertemu
Menepati janji Tuhan bahwa manusia adalah kilasan senja
Menunggu giliran tiba hadir pada Nya 

Karena tidak tahu aku sungguh sungguh
Menunggui tanganmu menggandengku saja
Agar tak takut menghadap Nya
Bila berdua

Sungguh 
Kubuat puisi ini
Dengan sungguh sungguh

18-08-18
23:00

Thursday, 14 June 2018

sebelum sampai di Heidelberg

Sebelum sampai di Heidelberg

By. Nahdia El Lathief

Dan sampai sekarang,
Wajah rumahmu masih sama
Dihuni anak muda belia
Berlarian memanggut cinta
Betapapun bahagianya
Hai sang pertapa
Sudah lama tak singgah di rumah kita

Aku berfikir
Kita pernah memiliki
Taman yang kau buat melingkar

Aku berfikir
Engkapun pernah memberinya nama

Sebuah pohon kurma
Berakar kamboja
Ditengahnya
Hidup cinta

Dia sudah menunggu
Mari kita hampiri
Dia sudah menjelma
Mari kita rasuki
Dia sudah mengubahmu
Mari kita hiasi

Ditaman 
Kubedakan bunga bunga
Dari durinya

Dengan harumnya kutulis puisi ini
Sebelum sampai di heidelberg
Jalan persimpangan yang pernah kita lalui

Laki perempuan
Dua bangsa yang berbeda
Sejarahnya

Lelaki pecinta
Perempuan pemaaf

Aku berfikir
Dirumah ini,
Mari kubuatkan kota
Sebelum sampai disana
Kutunggu engkau
Sampai menyadarinya


( heidelberg , Germany 🇩🇪 hujan menyeka )

Sepuluh hari Sebelum Sampai di Heidelberg


Bulan diatas Kuburan

Bulan diatas Kuburan ( buat Saut Situmorang )

seri 2
by. Nahdia el lathief

Bulan diatas kuburan
dalamnya kesedihan terpendam lama
sekali ditangisi oleh kawan lama
berjalan ditengah malam purnama
Jalan ku kian panjang
menempuh amis dan darah manusia
jauh dari norma
dan pecahnya teka teki siapa kita
ada cinta
jauh sekali dari cahaya
buas dan pemangsa
membunuh kawanku didalam lubang
kuburan yang lama ditinggal

bulan purnama
hati yang terluka
kembalikan aku ketika remaja

Bulan diatas kuburan
kuambil dari bait sitomorang
kucuri dari ide sang pejuang

Bulan diatas kuburan
garis yang sangat kelam
mencoba tuk menghapus masa silam

Bulan diatas kuburan
ada yang mati disini
dan bersiulan

( 2014. Jerman tengah malam)

Thursday, 31 May 2018

Love 💕 You





Love you 

to say that the language of love
need arrangement who have
not understanding measure
not of words unable to concentrate
but of interpretations hidden in the visible
and not readable
by our eyes

Love is always patient and kind
Love is never jealous too
Love is not boastful or conceited, it is
Never rude and never seeks its own advantage, it does not take offense
Or not store up grievances..

Love does not rejoice at wrong doing
But finds its joy in the truth.
It is always ready to make allowances,
To trust, with love
To hope, be patience 
To endure
Whatever  and however comes

( Nahdia El Lathief, Germany 🇩🇪 2014 )

Rindu Yang Tersimpan



By Nahdia El

Karena aku takmau memandang cinta ketika melihat politik
Maka tak pernah sedikitpun kutanyakan apakah sudah engkau membalas kesetiaanku
Karena aku telah melihat cinta itu universal, maka aku tak mau cemburu dan menganggapmu manusia yg tak miliki pilihan

Seperti dalam sajak
Aku tak pernah berubah jadi saya
Sayang tak pernah mati ketimbang cinta

Karena aku dalam menghayatimu
Maka kusimpan rindu itu buat esok
Dan esok buat lusa

Seperti dalam gelombang
Riuh buih putih memisahkan ombak
Rinduku tersimpan
Dan engkau masih saja mempertanyakan
Satu itu harus buat satu
Bukan relatif satu

Mana mungkin aku bisa menjadi satu
Kalau rasaku banyak
Ada sedih, senang, luka, gembira
Kita ini hanya berpura pura setia
Kemudian menunjukkan paling sempurna

Aku tidak

Aku seperti hidup
Hidup tak seperti aku
Biar kusimpan binal
Kulepas kapal
Agar para pelaut bisa pulang
Menemui rumahnya

Bila sudah tidak ragu
Rindumu kusimpan buat besok

Saturday, 26 May 2018

Sendiri


By. Nahdia El

Duniaku sepi
Warna tubuhku biru
Hatiku berhenti
Tak ada pemujaan
Tak perlu kerinduan

Jalanku lurus
Tak lagi mendaki
Mataku kupejamkan
Tak liar tak gentar

Karna dipilih sendiri
Makan sendiri
Hidup sendiri
Sedih sendiri
Tertawa sendiri
Sepi sendiri
Mati sendiri
Cinta sendiri
Sendiri itu pasti
Tak butuh 

Tak dikasihani

Wednesday, 16 May 2018

Mustofa


Mustofa, tolong zikirkan kami
Mustofa, tolong bawalah pemusik ini pergi
Mereka melagukan nyanyian permusuhan setiap hari
Mustofa, tolong doakan kami
Anak pendosa dan yg tak mengerti berterimakasih ini
Mustofa, tolong lumpuhkan kami dari kesombongan
usia Negerimu sudah semakin tua
Namun hati tak bersukma
Mustofa, Mengapa tak ada orang yg menuntun kami
Mengajariku bagaimana memeluk musuh
Mustofa, Aku tak mampu Mengikutimu,
mendengarkanmu namun setelah itu Aku menikammu
Negeri ini sungguh telah terbelah
Warnanya pekat dan musuhnya tak sama
Warna gelap cahayanya gelap
Dan warna terang tapi tanpa cahaya
Padahal cahaya dan kegelapan bagean dari manusia  
Mustofa adalah, lelaki yg dengan setia mencintai istri
mustofa adalah wajah yg sangat sempurna dalam diam
Ketika ku merasa begitu sangat cemburu sebagai pencari makna
Mustofa takpernah memperlihatkan guratan kepandaian yg bisa di jual seperti yg lainnya
Ataupun mengambil kesempatan buat kemahsyuran
Mustofa aku mengikutimu, mengikuti langkahmu setiap waktu
Kakek namun energinya akupun kalah
Bahkan dalam ilmu bathiniah
Akupun tak ada apa apa
Apalagi ilmu cinta dan kesetiaan
Ketika aku merasa bhwa ilmuku berguna
Aku malu membaca wajahmu
Ketika aku merasa paling suci
Aku malu melihat cahaya hatimu
Ketika aku merasa paling setia
Aku kalah bersaing denganmu,
oh mustofa   Engkau guru yg tak pernah kutemui
MemelukMU, dg hati penuh rindu Disanalah Musthofa ,
ingin kutitipkan cinta Putih, tenang dan bercahaya
MemandangMU musthofa dari jauh Lautan rindu lautan cinta
Dari negeri yg membuatku merana
Aku ingin pulang segera MenemuiMU
Belajar tentang Hidup denganmu,
berdiri disemua sisi Dan arah mata angin
Meski, Tetap ada bumi yg rela dipijak setiap hari
Namun, Musthofa Tak pernah melukai siapa saja
Mustofa,  Absyir Binailil Muna Nuurul Jamaali Badaa  Min Wajhi  asy Syamsil Hudaa
 ( germany, 15/05/2018 )

Friday, 4 May 2018

Puisi untuk kamal fata

Dan Sayapku yang Sebagean *

By Nahdia El

Walau engkau tertidur saat orang berame rame memukul kentongan
Tidurmu adalah istirahat yang paling sunyi
Sengaja aku memasung dua kakiku ditiang gantungan
Siapatau Engkau datang malam ini mengirimkan pesan terakir sebelum ku mati

halus hatimu
hening rinduku

___ Malam

Dipuncak  langit dimana sayap
Kau terbangkan
Dengan luka yg patah sebagean
Dan beratnya atas rindu  pertemuan
pada Bahasa yang tak setiap melata menggunakan

Engkau terus menghilang
begitu cepat
Ribuan pelayat menguntitmu
Aku tertunduk memunguti ingatan
Wajah manismu, saat  cinta menghasilkan ketertundukan
tegar suaramu,
Meski disekelilingmu orang orang menggilir ludah
Mencaci kekalahan

____ Sudah

Kini aku tak mau bicarakan kebenaran
Kebenaran apapun  sudah lama ditinggalkan
Ketika
Geladak  ditambatkan
Pada sebuah kayu tua
Zaman sudah Menggilir usia,
Siapapun
Akan diterpa oleh keraguan
Seperti laut,  ombaknya tak pernah melabuhkan kapal
Kebenaran, kebaikan sebatas kalimat yg diperebutkan

____ Hilang

sayapku yg hanya tinggal sebagean
Merusak keseimbanganku
Untuk
Membaca rindu

___ di Hatimu

cc. Kamal Fata
      Farhani El'arofah
      El Jabar

(* nahdia El Lathief alias Hasti Nahdiana, penulis, pengajar, Architect dan Penyair yg pernah menulis dan dibukukan bersama WS Rendra dan NH dini dalam anthology puisi berjudul inilah saatnya, diterbitin oleh penerbit pustaka ilmu )

Wednesday, 28 March 2018

LIMBUNG



Menangislah dalam perihnya ibu melahirkan
Ayah adalah kerinduan
Rinduku padanya tak henti henti
Rindu tiada terperi
Terasa sebentar saja hidup dalam masa
Allah...
Aku limbung
Tiada berdaya

Air mata manusia bisa jadi penanda
Menetes deras
Kehidupan itu berjalan
Kasih itu hilang
Dan tak kutemukan yang sama
Setelah sekian lama berjalan

Luluh lantak
Hancur berserak

Kalau tiba waktuku
Aku mau menunggu
Engkau
Mengambilku

Thursday, 15 March 2018

PUISI KESEDIHAN



Seribu tahun aku tak lagi berpuisi
Kuputuskan turun dari semeru
Puncak pertapaan diam
Aku menyentuh kalian
Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan

Kalau kalian tetap memilih bodoh
Dengan berkata kata
Kalau kalian sudah tidak kupercaya
Maka besok akan kugotong mayat penyair

Penyair, sastrawan, seniman, budayawan
Mari berkumpul di dadaku
Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru
Bibirnya penuh asap kemenyan
Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan

Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan
Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan
Tidak kah engkau melihat :
Bumi yg hijau ini merana dipangkuan?

( Puisi buat kebangkitan 2016 )

Friday, 29 December 2017

MUSTHOFA 1

Musthofa 1 ( sajak buat Ahmad Mustofa Bisri )

By. Nahdia El

MemelukMU, dg hati penuh rindu
Disanalah Musthofa , ingin kutitipkan cinta
Putih, tenang dan bercahaya
MemandangMU musthofa
dari jauh
Lautan rindu lautan cinta
Dari negeri yg membuatku merana
Aku ingin pulang segera
MenemuiMU
Dan menanammu benih
Di hatimu
Musthofa sudah kuzikiri setiap hari
Andai KAU tau itu
Hidup berdiri disemua sisi
Dan arah mata angin
Itu tidak mudah
Tetap ada bumi yg rela dipijak setiap hari
Namun,
Musthofa
Rinduku kadung bergelora
SuaraMU tak surut
Memanggil manggil namaku
Bila kupeluk ENGKAU nanti
Dipelabuhan antar zaman
Kuciumi ENGKAU sebelum pagi
Sebelum rentetan kecemburuan tiba

Saturday, 9 December 2017

AL QUDS


By. Nahdia El

Cintaku di kota kudus
Adalah cinta yang pernah kau tinggal sendirian
Bersama darah, aku KAU SALIB
Untuk menyelamatkan umatku
Untuk mengembalikan cinta

Cintaku dikota Palestina, seperti menggema
Bersanding dengan para suhada cinta
Mengobarkan panji panji dan bendera

Andai saja bayi mungil dan anak kecil yang baru saja kau bunuh tadi sore
bisa meminta dihidupkan kembali
Mungkin dia hanya ingin kota nya dibiarkan merdeka
Dimiliki semua umat manusia
tanpa diperebutkan lagi
Tanpa berdarah darah lagi

Namun kitab suci
Sudah menuliskan
Hari akir akan datang segera
Ditaman quds akan tumbuh lebih banyak lagi rumput liar

Cintaku di kota yaman
digempur dua dajjal yang banyak diikuti oleh orang suci di negeriku
Meminum darah saudaranya
Teringat aku umat saleh
Pemberani
Umar khadafi