About Me

My photo
Munich, München, Germany
Logical Development in Indonesia, Original Ideas, Rules, Politics, Science and Landscapes Architectures Technology with Philosophy Approaches

Friday, 22 July 2016

SAJAK SENDIRI

Sajak Sendiri

By. Nahdia El Lathief

Kamu itu elang yang menawan
Kamu itu kabut hitam yg mengitari desaku
Kamu itu malaikat pencabut nyawa yg membuatku rendah diri
Kamu juga pujangga yg membuat mantra
Kamu sebuah doa
Kamu itu laki laki

Kamu itu wajah yang tak pernah kujumpai
Kamu itu rahim yang dibuat tuhan
Kamu adalah syair syairku yg sendiri
Kamulah yang membuat dermaga dermaga tua mati tanpa kapal menepi
Kamu juga cahaya
Kamu goa
Kamu itu laki laki

Kamu
Hampiri
Aku
Berhenti bermimpi

Tuesday, 28 June 2016

SED


Non temen istae omnespartes 
simul inueniuntur, 
sed sed
quaendam inueniutur,
quendam non inueniutur, 
certe intentio aliquanda sola inuenitur, 
sicut in praeiudicialibus formulis, 
qualis est qua quaeritur aliquise libertis sit, 
uel audiodicato et condemnatio numquam solae inueniuntur, nihil enim omnino 
sine intentione uel condemnatione ualet, 
item condemnatio sine demonstratione uel condemnatione ualet. 
Item condemnatio sine 
Sed
abesse potesrt una aliaue.

LANGIT

LANGIT
( Nahdia EL Lathief )

Langit aku jatuh cinta
Namun Cinta tak jatuh dr langit
Langit birumu melangit
Angin membawamu menyusuri bahasa yg tersembunyi darinya
Namun wajahnya semakin menjauh
Menjauh
Berjarak
Ribuan mil lamanya

Langit
Sampaikan bila ada manusia sekecil aku merindukan Nya
Rindu pada bunyi dag dig dug dan  kaki melompat lompat seperti dahulu
Ketika birumu belum disapu hujan
Menjadi mendung yg menahun

Langitkah kamu
Yg menatapku sejak tadi
Seperti melindungi
Namun ketika kuhampiri
Langit itu hampa
Tak kutemui satu pola
Atau ruang ruang dimana batasmu berada

Langit sampaikan padanya
Aku masih memotretmu
Hingga kutemukan satu tanda
Engkau benar benar jatuh cinta

( the end of June 2016 )

Thursday, 2 June 2016

SUDAH TIDAK LAGI MENYISAKAN TEMAN

Sudah Tidak lagi Menyisakan teman

By. Nahdia El Lathief

Mungkin teman baik bukan teman lama
Temanmu hanya dalam nafas yang sama
Mengapa hidup menjadi seperti tidak bernyawa
Engkau sudah tidak menyisakan lagi sedikit saja cinta
Kau tinggalkan ikatan tali geladak kapal tua

Mungkin teman baik bila harus memuja
Meskipun bau busuk pengemis yang mati lama dijalanan kota
Aku harus mengatakan hal yang sama
Seperti paduan suara

Engkau sudah tidak lagi mengikatku dengan tali
ketika kudengar suara angin  berdesis menghantarkan wangi
Dan burung sriwiti mengantarku hingga disini
Melukis wajah takdir di eropa barat, atau timur sendiri
Hanya sendiri
Matamu pun enggan melihat darahku yg berceceran hari ini
Dan aku telah bertempur sendiri melawanmu tikaman belati

Orang orang yg dahulu senyumnya lembut bagaikan dirimu satu persatu mati
Dibawa maut selagi muda
Kini aku tua renta sendiri
usang dipojokan
Tak ada teman tak ada ketulusan

Mereka melihatku dengan mata sebelah
Meludahiku juga membakar wajahku

Aku hilang, lenyap bagaikan asap
Menyatu dengan langit, awan dan cahaya

Mungkin engkau sudah tak menyisakan lagi cinta
Teman baik cuma dalam jamuan
Bila nanti engkau tiba tepat diwaktunya
Sisakan aku satu saja harapan
Bila nanti pulau impian itu sudah kautemukan
Bawa aku menuju kesana
Hanya denganmu saja
sebelum nyawa berhenti diujung senja

( Roma akir Juni 2016 )

Sunday, 15 May 2016

Maka

MAKA

By. Nahdia Al Lathief

Maka ketika aku tau engkau seperti anak kecil yg takut akan jalan, aku tersenyum kepadamu. Karna engkau laksana kumpulan domba yang menunggu tuannya, sedangkan aku ini kuda putih yg berlari kencang yg tak bisa menunggumu yakin akan sesuatu.
Maka ketika aku menepuk bahumu, dan engkau baru mau berbicara tentang cinta, saat itu aku sudah menciptakan sepuluh ribu puisi dengan octav dan musiknya

Sampaikan saja pada langit kalau kaki ini masih kuat
Menjaga mu, hati yg meredam kisah siti nurbaya
Sampaikan saja pada bumi, mungkin ini yg disebut setia
Maka segeralah mengeja,
Aku ini manusia;
Tak perlu kau bawa pasukan laki laki
Untuk membuktikan
Aku manusia

Maka ketika tangaku lelah mengapit
Sejumput debu yang basah sehabis hujan
Lewati saja, mungkin jejak kakimu akan menempel kemudian
Dari daftar penghuni sorga yang mengantri doa
aku ini manusia;
Tak perlu tunjukkan  pasukan laki laki
Untuk membuatku takut memahami
Siapa manusia
Bila hidup memang digantung buat menunggu bahagia

(Monaco, 2016 by the train)

Thursday, 12 May 2016

KOMPILASI PUISI KOPI

Sajak Rumah Sakit

By. Nahdia EL

Tanganku yang halus di selang infus
Tidurpun tak berdaya kehilangan tenaga
Namun otakku terus bergema
Dua tulisan sudah kutuntaskan, dengan satu sajak ini : untukmu kawan
Sampai kapan perjuangan hidup harus ku kabarkan
Agar mereka mengejanya dg jelas
Tubuhku yg kecil tak berdaya
tak kan mematikan cinta
Padamu
tanah air beta

Hidupku sunyi dikelilingi kelambu
Bagai hewan piaraan disangkar MU
Asap mengepul ditrotoar kian menghempas tubuhku ditikungan jalan
Aku diatas kapal bocor
yang semua orang tak mau menyelam kedalam

Hingga tinggal aku sendiri
Duduk merenung  diatas awan putih
Terbang tinggi di ketinggian ego

Di bawah pusara
disentral langit
Aku hidup tidak untuk disalib
Bahkan  seperti mereka yg menyulut lilin
Aku merana
diciumi semesta


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa


Kaffee da
By Nahdia El

Den Kaffee, wenn ich will, zu kochen.
Wie schmeckt der Kaffee süße,
Lieblicher als tausend Küsse,
Milder als Muskatenwein.
Kaffee
muss ich haben,
Und wenn jemand mich will laben,
Ach, so schenkt mir Kaffee ein!
Wenn du mir nicht den Kaffee lässt,
So sollst du auf kein Hochzeitfest,
Auch nicht spazierengehn.

Ach ja! Nur lasset mir den Kaffee da!
Mein Schälchen Kaffee trinken darf,
Auch dieses; doch seid nur gebeten und lasset mir den kaffee stehn
In allem, nur den Kaffee nicht

Fajar Cinta

By. Nahdia Al Lathief

Selamat datang kehidupan
Setelah malam kita bercengkrama
Selamat datang sumber cinta
Setelah kita membungkus kerinduan tiada tara
Selamat datang kemerdekaan
Setelah lama dirantai putus asa
Selamat datang kedamaian
Setelah kita bermusuhan
Selamat datang Indonesia
Kopimu sudah tersedia
Selamat datang fajar pagi
raih tanganku ini
Selamat datang Engkau:
lupakan sejenak mimpi
Mari bekerja
Peluk saja hatiku bila engkau tak merasa bahagia

( menjemput harapan May 2016 )

( Nahdia AL, May  2016)




 H e a r t h s

Revivally, nama itu dulu ibu bayangkan sebelum engkau lahir
Sejak ibu baca buku whitehead di usia 6 tahun
Buku yg pertama eyang belikan di toko raja murah
Ibu bayangkan anakku the revival

Seperti dirimu kini tumbuh
Cinta dan semangat secara bersama
Tak kan kubiarkan tangan tangan kecilmu terluka
Atau hatimu merana krn wanita

Revivally
Kamu dewasa nak dan gagah
Anak ibu, bukan anak ayah

Bila suatu hari kau bertanya
Secinta apa ibu padamu
Engkau bisa menjadi anak ayah, bukan anak ibu

Happy birthday Haidar Revivally

All things in my live is love you
More than everything in the worlds

Dibatas Cahaya Laut

Laut itu pengetahuanmu
Luas dan bergelombang
Namun bila engkau memandang garisnya
Tepat di ujung matahari
Laut itu tidak lagi seram
Namun sunyi dan termaknai

Dibatas cahaya laut pernah kita berdiri
Engkau manusia manusia kecil memegang jeruji
Generasi jokowi
Tak kan lagi menengok kebelakang
Was was tubuhmu kan digoncang
Oleh gelombang laut peradaban

Dibatas cahaya laut aku bernyanyi
Nyanyian camar yg merdu sekali
Suaranya menggema di antero dunia
Melagukan puisi cinta
Tanpa tersemat luka lama
Atau kecurigaan tiada tara

( Nahdia El. 2016 )

Sunday, 27 March 2016

KOMPILASI PUISI KOPI 2

INDONESIA

by. Nahdia El

Jangan fanatik, mengaku agamamu paling hits
Agama mu cuma nama,
Pro dan anti
Yang terlalu anti jokowi meleburlah buang pakean pakean kebesaranmu disini,
Yg pro jokowi mania, tidak mau ada cela sedikitpun ditubuhnya , sempurna bagai wali. turunlah ke bumi,
Sekali waktu dengarkan aku ini

Jika menghardik
jangan fanatik
Tidak baik

Mari kita merubah paradigma
Melihat Indonesia itu dg tidak memakai seragammu
Musuh kamu bukan kulit sawo matang

Musuh kita adalah kemiskinan


Puisi Kesedihan

By. Nahdia El

Seribu tahun aku tak lagi berpuisi
Kuputuskan turun dari semeru
Puncak pertapaan diam
Aku menyentuh kalian
Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan

Kalau kalian tetap memilih bodoh
Dengan berkata kata
Kalau kalian sudah tidak kupercaya
Maka besok akan kugotong mayat penyair

Penyair, sastrawan, seniman, budayawan
Mari berkumpul di dadaku
Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru
Bibirnya penuh asap kemenyan
Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan

Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan
Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan
Tidak kah engkau melihat :
Bumi yg hijau ini merana dipangkuan?

( Puisi buat kebangkitan 2016 )

Jubah

By Nahdia El Lathief

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku gusar jatuh cinta
Pada MU aku menghitung butiran karunia
Wajahmu tersenyum terbuka di ujungNya
Mengeluarkan cahaya
Menarik semua cinta
Duduk dan terluka

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku adalah titik yg terhubung
Pada MU aku masih terlindung
dibalik jubah
Hitam dan putih
Dendam dan perih
Mengarak rumbai rumbai kepada kelamin laki
Menggorok hingga disini
Tidur dan lunglai sendiri

Jubah
Kupakai sampai engkau tak melihatku lagi
Pakaian jubah adalah mustafa
Pakainnya berubah bentuk
Menjadi pakaian kemanusiaan biasa

Kalau sudah begini,
Eksistensiku hanyalah nyawa
Bibir yg tersenyum
Kecantikan yang tiada terkira


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu, sampai pagi
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa




KOMPILASI PUISI KOPI 4

Nahdia El Lathief

M a l a m

Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka

Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati

Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati

Negeri Para Badut

By. Nahdia El Lathief

Malu aku berjalan melintasi kabut hitam
Berjalan merayap gelap dan pelan
Mana kebenaran dan mana sekedar mainan
Disini para badut berkejaran
Pipi yang memerah bukan karena cubitan
Namun dibuat agar orang lain tertawa dan tak mengenali siapa kawan

Malu aku dilahirkan dinegeri para badut
Aku ingin hidup di negeri para pahlawan
Dahulu
Saat badut hanya tontonan
Bukan pemain sirkus di istana kerajaan

Badut
Aku badut
Kamu badut
Gendut gendut

Negeri para badut
Banyak orang korup
Negeri para badut
Banyak foto badut
Negeri para badut
Siapakah penontonnya?

Jejak Bulan di Trotoar Arcisstraße

By. Nahdia El Lathief

Matahari membuntutiku sejak pagi, dan meninggalkanku begitu pergi. Bulan purnama di Eropa
Sunyi sendiri
Angin dingin berhembus kencang sekali
saat kuberdiri disini. kadang butiran  pasirnya tertahan di kaki,
lagi
Aku menunggumu begitu lama, kereta.
di pusaran keinginan dan harapan yg tak biasa
Seperti berjalan atau berlari
Diputari cahaya pelangi
Dimalam hari
Jejak bulan di kisaran trotoar Arcisstraße
Kutemani purnama pertama pukul delapan
Mengayuh waktu
Menyulam  harapan, makna berjuang dan terbang
Seperti elang,
mataku masih tertahan
Di kota Jerman


Face Book

By. Nahdia al Lathief

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Wajahmu separuh abad dari umurku
Namun sungguh aku mengagumimu tanpa fotomu
Tanpa kau tau
Hiruk pikuk dunia  nyata
Statement cuma lembaran coretan dan sedikit mainan
Atau guyonan
Tidak bagiku
Yg hidup dalam cinta dan gelora
Tulisan mu adalah rujukanku
Menapaki dunia, memahami manusia

Aku merindukanmu,
Lelaki dan perempuan dalam bingkai idea

Aku melihatmu,
Wajahmu yg utuh bersukma
Aku mendengarmu,
Suara nafasmu yang bergema
Aku memahamimu
Bila kusentuh bibirmu dengan keras, engkau terluka

Maka,
Kusentuh engkau dengan hatiku
Kunyanyikan lagu cinta
Kuhayati engkau dengan tak tergesa gesa
Kutorehkan tanda
Hidup ini adalah jalinan kata kata
Dan pilihan memaknainya

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup


Kangen

By. Nahdia El

Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,

Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama

Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku




Friday, 13 November 2015

KAMU

❤️
Kamu
By. Nahdia El Lathef

Kamu yang sedang duduk memandangku,
Dimulutmu, harum bunga kesturi
Kamu, yang memuji indah wajahku
Ditubuhmu, tato bertuliskan hati

Kamu,
Berlari ketepi senja, ingin kupanggil kembali namamu saat bulan menjadi terang
Mengecup keheningan ataukah kesunyian
Kalimatmu kutangkap selalu bersayap
Disetiap syair yg kaubuat
Biar musafir yg lewat sepertiku, berharap
Itu kamu sedang merinduku
Namun ternyata tanganmu menunjuk yg lain

Kamu,
Akulah yg merindukanmu
Kalimat yang jelas dalam setiap nyanyian itu
Meski satu kata
Dari  seribu baris yg kau ciptakan
Hanya satu kata
Yg kutunggu
Darimu
Tulislah dg jelas disana:
'Nama panjangku'
Sepanjang sejuta tahun sejarahmu:

Nahdia El Lathief

M a l a m

Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka

Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati

Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati

Jangan Mengeluh

By. Nahdia El Lathief

Hidup itu ya begini, rekoso
Kalau tidak nyambat ke Tuhan ya gak direkso
Hidup itu menunggu antrian
Siapa dulu yang bakal dapat giliran

Hidup ini ya begini, menungso
Kalau tidak dicaci, gak rumongso
Hidup ini impian
Siapa dulu bermimpi, yang kebagean

Ha.ha.ha.ha...
Jangan mengeluh terus
Begitu saja kok repot

Bayangkan saja, bagaimana pusingnya Tuhanmu
Satu juta manusia saja kepalanya berbeda
Yang satu minta kaya, diputus pacar, sandalnya ilang, rebutan jadi lurah, sampai istri ngumpetin dompet suamipun lapor ke tuhan

Hi.hi.hi.hi...
Jangan mengeluh terus
Kapan lagi kau dengar keluhan syaitan
Bila terlalu banyak malaikat sibuk melaporkan keluhan
Tuhan

Ditolak itu biasa
Dibenci itu biasa
Dicinta itu biasa
Disanjung itu biasa

Biasa biasa sajalah
Dengan hidup ini


KOPI

BY. Nahdia EL

Kopi, dulu dan sekarang menjelang pagi
Kopi, dulu
Baru bicara tentang hati
Kita yang lama tidak menjualnya
Ke manusia yang singgah hanya sebentar
Mencicipi
Kopi.

Kopi, sekarang dan nanti waktu matahari tenggelam
Terasa sedap pahitnya
Meski dingin hatiku membeku disana
Mengingatmu takkunjung hilang
Menikmati
kopi.

Mari
Datanglah kemari
Singgah di kota tua yang hampir mati
350 tahun lamanya menyendiri
Perawan tua dan si kaki besi
Mereka tak pernah bertemu
Atau menemukan kemewahan
Wajar saja bila mati nanti
Meninggalkan pahitnya
Yang ditabur dimana mana
Ladang kopi
Mati
Disini



BY. Nahdia EL

Coffee, past and present ahead in the morning
Coffee, first dessert
Then we have talks about our hearts
We have not sold it lonely
To the human who they had put and end, briefly
Tasting to
Coffee.

Coffee, now and then when the sun sinks
By the even grater , bitterness
Like as cold of my hearts, rigidness
Remember you and missing you
to Enjoy
The coffee.

Led
You Came here
in the old of city almost death
350 years alone had
The virgin of girls and the iron of legs
They are never met
Or find luxuries
Naturally, died
Leaving bitter than minded
shared on anywhere
Coffee of seeds was
Dead
Here

Sajak tanpa judul

By Nahdia El Lathief

Mungkin karena dingin
Otakku kram dan susah menghapal
Menjadi org bodoh itu susah di negeri sendiri
Kemana mana tidak diakui
Apalagi menjadi org bijak

Mungkin karena rupiah turun
Pelitnya engkau menyisakan udara buatku
Berebut semua menghirupnya
Menjadi org mlarat itu mudah di negeri sendiri
Kemana mana dimaki
Apalagi kalau harus mencuri

Mungkin karena aku dulu tukang kayu
Jgn terlalu berharap jadi tukang batu
Tukang kayu kerja dg duduk
Tukang batu kan harus jongkok

Mungkin karena terbiasa duduk dan kedinginan
Rupiah jadi turun dan jongkok


Begger
By, Nahdia El Lathief

😭😭😭

Today i see in the mirror my eyes
Tear and blue
Crying for you
We are heart falling views
In other worlds, different culture different nature
You say,  too
I am not respect  you
Why respectful? If you depend on me
Eat and need money
If you are my friend come on you not like beg gay

life is a struggle
No exploited me
Because of i am an innocent
Stupid and did not know about chicane


The Lamp
( By. Nahdia El )

Dark of room without lights
I crept like an animal at night
Feel lonely in the world without You
Then has been deserted like a lost conscience
One candle not enough changed lamp and you

Who are you?
Many girl turn down from sky for you
Only got kissing and waiting
I fold my hands because of blessing
Teach you love and how much prices human life

God,
Till hero in the lamp
Return it to true live
And we are know
One face with love
No doubt
No globe

I love breath and life in this room without lamps

Lampu
By. Nahdia El Lathief

Dalam kegelapan tanpa lampu
Aku merayap seperti hewan di malam hari
Merasa sendiri di dunia ini tanpa MU
sepi. seperti hati nurani yang melambat lenyap ditelan malam
Satu lilin ini pun tak cukup menggantikan lampu
dan diri MU

Siapakah Engkau
Banyak gadismu turun dari langit untuk menjamu
Hanya tuk berciuman dan menunggu MU
Aku melipat tanganku karena memang berdoa
MengajarkanMU cinta dan berapa banyak nilai manusia

Tuhan,
kan kau temukan banyak hewan dan pahlawan
bila terang benderang
Atau bila gelap seperti malam ini
Di kamarku
Berterbangan Kembali hewan melata ke kehidupan yang benar meski tanpa terang lampu
Dan kami tahu
Bagaimana menemukan Sebuah wajah
dengan cinta
Tanpa keraguan
Utuh dan bulat

Dalam nafasku kehidupan berjalan di ruangan ini tanpa lampu



Menangis

By. Nahdia El ( minum kopi sambil menangis )

Pagi dan deru suaramu yang keras, menghardik
Hewan hewan dan anjing di taman itu
Semuanya berantakan seperti hatimu
Tercabik tingkah polah yang membatu
Bagai Pagi dan secangkir kopi yang dingin
Ditanganku

Bila kumenangis,
Saat ini
Tak ingin orang lain menyapaku
Hello
Cukup engkau saja
Memandangi hatiku

Ribuan tahun silam
Aku sudah menyuntingmu
Dg kebaikan dan kebenaran
Dg ketulusan dan kesucian
Namun,
Pagi ini
Noda hitam kelam
Menggenangi
Aku tangisi
Engkau
Disini

Mari tikam kembali
Koyak koyak hingga ku mati
Ambil darah segar perawanku
Arak jauh jauh ke makam MU


WAKTU

By. Nahdia El Lathief
( buat yang ngasi Alexandre Christie )

Bayangkan bumi ini berputar tanpa waktu
Berputar saja
Bayangkan kamu berjalan tanpa ruang
Berjalan saja
tentu aku tak memerlukan benda ini
Dan tak kufahami Epistemological Problems in Atomic Physics Albert Einstein atau apalagi

Bayangkan saja dia berputar kebelakang
Berputar saja
Masa lalu lebih berarti dari masa depan
Dan bayangkan pula porosnya tak melewati second dan menit
Lurus saja
Maka ini berarti seperti kamu melintas waktu
Kebelakang
Tak berguna lagi kekuasaan

Waktu
Kita punya nama karena dia
Kita membutuhkan cinta karena dia
Kita berduka karena dia
Kita bertemu karena dia
Kita berkuasa karena dia
Kita ditinggalkan karena dia
Bagaimana dg anda?

Masih kah kamu berebut satu benda ini
Hanya soal waktu kamu disini

MENIKAH SAMPAI SENJA

By. Nahdia El Lathief

Puisi ini kutulis dg sangat berat
Seperti mengeluarkan gulungan kawat
berduri. Dalam terongkonganku
Walau cuma sebatas buat
kata kata. Tak kutemui satupun lebat
Harum dan indahmu
Karena yg kueja bukanlah yg biasa ku keluarkan setiap hari bila sedang bernyayi
Atau gemulai tubuh ketika menari
Namun sebuah tanggung jawab yg lahir disini
Dari hati

Bait bait kujadikan teman hantaran
Melamarmu dg segenap kecupan
Bagaimana bumi ini kuserahkan semuanya
Semuanya
Satu Dermaga yang menanti ribuan anak anak kita
Kembali menemukan wajahnya

Mari kita buat api
Kumpulan serigala sudah merapat lagi
Malam yg larut menunggui purnama
Kurobek jantungmu kuikat perjanjian lama
Bersama

menikahlah dgku
Aku batu besar dan bersalju
Tak satupun gagak menggiring daging
Diatas mayat mayat bergelantungan
Ribuan pasukan
Menarikku kembali ketahanan

( Senja dekat FURIO CAMELO, 26/07/2016)

Sajak untuk Fathimah Usman 2

Ketika aku terdiam, menatap langit kamar yang hening, suara suara jadi ikut membisu. Aku sendiri dan hanya padamu
Aku sendiri. Memang sendiri
Aku sepi. Memang sendiri
Mataku berlari lari mengililingi ruang yang berbatas
Tembok yang sulit kutembus
Dengan akalku
Aku sendiri. Memang sepi
Aku sendiri. Mau sendiri
Dari dunia yang mentertawakan ku dg terbahak bahak
Mereka yang nyinyir membusungkan dada
Berhasil menyembelih darah ismail
Berpesta pora
Aku yang sendiri
Tetap menunggu
Penuh harap dan air mata
Direruntuhan ruang yang terbatas penuh debu
Tidurku, sendiriku
Menunggumu
Meraihku

Pekalongan, Nahdia 2015


Tafakur Alam
by. Nahdia el Lathief


Laki laki penggenggam Bunga
kedua tangan erat dihatinya
pasrah tafakur menerima
bagaimana hidup akan menggantinya
dari kelopak yang segar nan bertahta
menjadi layu dimakan usia

wahai engkau lelakiku penggengam bunga
sudah berapa lama engkau menunggu senja
berkisaran warna dan raut muka yang berbeda
datang wanita telanjang disetiap masa

memetik bungamu satu satu
lelakiku
seperti bola salju
yang bergulung gulung keluar dihatimu

terasa senyap sunyi menyayat
bau tak sedap busuk merasuk
kotoran cinta manusia binasa
meninggalkan nafsu  hasrat belaka

aku masih setia
menunggu Engkau lelaki memanggut masa
hingga tiba
tanami lagi benih baru dikalbuku
dengan ruang dan pengetahuan yang baru
untuk bisa menyiangi lebat rinduku
pada MU jauh dari mataku

Laki laki penggengam bunga
sudah lama
menunggu senja
lama lama
lumat aku dalam doa mu

(2015, tahajud prays )


Tuesday, 27 August 2013

NAHDIA EL LATHIEF, KOMPILASI PUISI KOPI 3


Disini
by nahdia el lathief

disini.. dihembusan angin aku
ingin memelukmu
wajah kokoh mana yang tak hanyutkanku
sekilas mata dan kelelawar bertawar
kemanakah biru cinta ini bersabar
melihat dijalan yang kutapaki benar
dan 
mesti belajar menciummu
dalam kekosongan
disini
aku merasa dihargai
sebagai manusia
yang hidup
pada dua sisi
kurang dan kuat

disini aku menantimu melintas sebentar saja
menyeka air mata
merekam jarak dan dahaga

ketika aku erat memelukmu wajah keberanian
ketika malam itu bersama bulan
yang setengah tenggelam
terasa disini
begitu pelan
berjalan
waktu
diam
berhenti
mati

rindu ciuman di jalan jalan
disini
bunga tulip tak sewangi
melati
harum mu kunanti

sampai kini


Romeo and Juliet

by. Nahdia al Lathief

this words. the last letter from Romeo. he comes until the light
hug the händ our home tonight
give the first kissing and the last loosing
hearts leaved from the street after rains
Juliet dies before know and see the letter
maybe if know she should be better
too love Romeo and live together

Love Romeo to juliet until touch her lips
and maybe running until the sin
Sin creates from fear and not pure
but juliet brave and pures
she dies with peaces 

Love Juliet to Romeo until the death
she never see these letter
letter is hopes
hopes make the human life forever

Love can not see ages and how long
Love can not judge she who has wrong
Love can not investigate and make the draft
Love not dessire
Love never sin
Love keep of love in the heaven
and tears
every day on thid prays
love as Romeo and Julieto


( weekend without love 2014)



12 12 92

by. Nahdia al Lathief

satu kata sempurna
satu kata setia
satu kata cinta

dua kata sangat sempurna
dua kata sangat setia
dua kata sangat cinta

satu saja
aku padanya
dua saja pada akunya
satu dua
satu dua
sembilam dua
            ( yogya 92 )

Man a man
by. Nahdia al Lathief

you can see in backside my picture
man love man
man more female and beautiful sense
i see when man touch a man
he cryies
and story everything
man kiss man
in one bed together
story about love
so why i much geleous?
we can not get man softly with man
just read the book
just imagine book read me and understand
i lonely
in the world man
man a man
is beautiful 
lovely


2014

The Moon Up the Grave

by. Nahdia el Lathief

Looks there are full the moon in the heart.. 
You come with knifes
in your hand. 
Kill the hope with the grave. 
the moon over the grave.
the women death 
in your arms.
ripple foams. 
it is you have looking me
at the window. 
far a way from my palace.
I killed the wolf saw the bloods. 
drinking my sould fresh of bloods. 
The moon in the grave . 
One love start to growth.
Full the moon over the graves. 
and sounds of voices 
wolf in night. 
I see you was laughing a roast.
love blue with blood of blue
Princess and Loves
killing rites
of secreet in the rib
from man of misser
Trown white heart of his princess
in the moon up the grave

(buat sahabatku Hidayatut Thoyyibah .bulan diatas kuburan 2014)


Bulan diatas Kuburan

seri 2
by. Nahdia el lathief

Bulan diatas kuburan
dalamnya kesedihan terpendam lama
sekali ditangisi oleh kawan lama
berjalan ditengah malam purnama
Jalan ku kian panjang 
menempuh amis dan darah manusia
jauh dari norma
dan pecahnya teka teki siapa kita
ada cinta
jauh sekali dari cahaya
buas dan pemangsa
membunuh kawanku didalam lubang
kuburan yang lama ditinggal

bulan purnama
hati yang terluka
kembalikan aku ketika remaja

Bulan diatas kuburan
kuambil dari bait sitomorang
kucuri dari ide sang pejuang

Bulan diatas kuburan
garis yang sangat kelam
mencoba tuk menghapus masa silam

Bulan diatas kuburan
ada yang mati disini
dan bersiulan


( 2014. tengah malam)



Try to Listen

by. Nahdia el Lathif

Allah
Now i get serious problems
nor should one expect that in foreseeble future one of them
no one of these problem is back to the last
but by a way of incompatible yet reasonable fast

Allah
i listen you
your hands conduct will ever be affirmed by all
i still hear
and saw nearly from inside

Alläh
i get a big problems
comes from you

yet the problem of stability has
release big problems
and understand
they are from you
Allah

now i have not listen again
but see and walk 
far a way
to keep hikmah or wisdom

Engkau ( Puasa daudku )
by. nahdia el Lathief

aku lama tidak bertemu dg mata yg sama dengan matamu ketika terbuka
aku lama tidak menatap wajahmu yg dulu sama menghadap
mataku. ketika kau ambil hatiku
berkali kali

aku lemas menatap engkau saat
tatapanmu berpindah
kelain hati
membuangku ketempat yg lebih kelam dari sebuah cinta

wahai engkau yang mempunyai
aku dan mereka
sampai kapan engkau tak merebutku dlm rangkulmu
aku bagai anak panah keluar dr busurnya
melesat jauh diluar kumpulan manusia

engkau
yang memiliki seribu penari
tariklah tanganku ini ketepi
ciumlah aku sampai fajar pagi
hingga batas 
dimana aku bebas memilih dosa
yang kusuka

Dalam laparku
ada engkau disisi

( January,10 2015 untuk  Mochtar Pabottingi )



SON

by. Nahdia al lathief

Then far, i have kept you within what I find to be field of facts you was grows
then far, mom love you until you trows
from the heart women have been likes
So far we are still within the bounds of the observable earth
meet something lovely in your hearts
and mom love you so much
kiss your smile until to night

Mom, 1:54 am 2014

Idealwise

Kita petik bunga keabadian, disisi dua ngarai
Yang membelah.... Kedua sisinya menganga
Tangan kita yang bersih mengatup lara
Kerinduan akan keabadian
Oleh manusia, bunga keabadian
Sudah kita rasai
Halusnya hatimu
Cepatnya gema jantungku
Menyentuhi sungai-sungai
Biru
Dan angin yang melambai
Hangat, dingin dan gemercik air jadi salju
Meruang
Tak berarti lagi waktu, karena ini keabadian
Hanya satu titik dalam goa, yang pernah ditinggalkan
Tuhannya:
Kita hidup sendiri
Dan takkan terpahami
Oleh satu jalanpun
Menuruni tebing-tebing
Dan sorga:
Aku memujamu, sebagai bunga keabadian
Yang berjalan disisi kebenaran
Dan indahnya manusia
Semua yang bercumbu mesra
Dengan keabadian
Adalah
Suci
Abadi
                                                                              (  2007 )



Tentang  Kita 2
                                                               ( Bagimu Suamiku )

Bagimu yang setia dalam tidurku
Mencoba membangunkan mimpiku denganmu
Harpa hidupku dipenuhi luka
Kau masih mencoba menyentuhku dengan cinta

Sungai mengalir, dawai-dawai bersemi
Bibirmu, tubuhmu, matamu, hatiku
Semua
Semua
Setubuhi
Tiada henti

Hingga ketika suara anak kita memecah telinga
Meminta susu
Aku jadi terjaga
Bangun dari mimpimu, menyeretku memasuki tugasku semula

Dunia masih jauh dari jemariku, suamiku
Dan hidup bagiku : 
Karya
Yang rapuh tertindih usia
Lama
Lama
Sampai kutau bahwa tiada satupun tau
Dalam cinta :
Ada perjuangan dan peperangan

Untukmu

Meski selalu kau sangsikan
Kusabari dirimu
Hingga suatu saat nanti kau mengerti
Dan
Temukan aku
Dalam pelukmu

                                                                            ( 2004 )




Dan Tuhanpun Lalu Tertawa

Hidup adalah melukis wajahmu diatas pasir
Disisi lautan yang luas
Membagi MU tidak lagi mudah :
Manusia dan Tuhan
Berkejaran. Bagaikan bayangan
Tak lagi bersentuhan

Kepedihanku yang mendalam
Tetang sebuah pertanyaan :
Mengapa dulu bumi kau ciptakan dan sorga
Kau biarkan sunyi. Tak berpenghuni

Bayi bayi yang mati
Korupsi
Tsunami :
Dan Tuhanpun sulit kucari

Ketika kudapat engkau Tuhan
Bergegas malaikatmu mengelilingi
Membuat banyak catatan, yang tak kumengerti
Dosa dan pahala yang kau ciptakan sendiri :
Dan Tuhanpun sulit tertawa

Dan Tuhanpun lalu tertawa
Melihatku tak meminta sorga
Namun :
Cinta, cinta, dan Cinta
Yang diatasnya tumbuh subur pengetahuan
Dihiasi pohon kebaikan, keadilan dan kebenaran
Dan dibawahnya mengalir deras kesejukan
Kebeningan, kejujuran
Semuanya satu
Seperti diri MU
Tuhanku
 
                                                                              ( 1995 )



Aqiqah

Engkaulah simbol :
Cintanya, Ibrahim kepada Ismail
Harapannya, Adam dari eksistensinya
Ketika menjadi manusia
Kekuatannya, Musa dengan tongkatnya
Ketika fajar bersembunyi, tangispun ditandai :
IVORY QUTHUB MANAR
Semoga menjadi dirimu
Dengan kebenaran dan kesalehan

                                                                                             ( 2003 )







OASE

Ukiran tua diatas lukisan bergaya belanda
Anak-anak yang berlarian diantara
Telaga cinta,
Sudah lama dia tidur di beranda
Matamu membisu
Dikelilingi  oleh setumpuk buku
Satu lembar disobeknya kehidupan lama, meskipun sangat dalam
Dan tikaman yang tertinggal
Pada bait-bait nyanyian malam
Kapankah ini cepat diakhiri?
Begitu tanah ini penuh dengan mayat yang tergeletak begitu saja, dan  dulu kita pernah melewati diantara harapan dan ketidakpastian, wajahmu: masih berat menunggu
Kapan disembunyikan lagi wangi bunga
Seperti di pusaramu, aku menitikkan air mata
Tersadar dari mimpi yang masih jauh
Dari kedamaian
Dan engkau sudah dulu dibebaskan Tuhan
Dari beban berat 
untuk sebuah negara yang korup
Dan penuh dengan air mata

Ukiran tua dan lukisanmu telanjang
Gambarmu di sana
Dipasang dengan pasung dan cinta
Aku dan kamu dicumbu kehormatan 
manusia
Siapa sangka
Sampai saat ini masih juga bertahan
Hidup disebuah negeri
Yang tak ada cinta dan harga diri
Orang hilang begitu saja
Tanpa kematian 
berpamitan
Mereke sengaja dihilangkan

O, masih adakah engkau
Munirku
Yang mau hidup di negeri yang sepi
begini?


O, masih adakah engkau 
Munirku
 laki-laki sejati
Bagi seorang kekasih

Sorak-sorai kemenangan
Hanya diatas luka kekalahan

Satu dari teman kita
Sahabat kita
Meninggalkan kita
Bagai perempuan yang kehilangan tempat bersandar
Bagai ibu yang kehilangan anak yang dicinta
Bagai anak kehilangan cermin
Bagai pejuang kehilangan nama
dan bagai pemimpin kehilangan kejujuran dan nuraninya
(in memoriam munir said tholib,tokoh HAM,dibunuh: 2004)




DI  NAMBERRA

Sesampai di buelevard
Tanganmu di namberra
Mengajak senja turut berputar
Hingga di batas kisaran makna
Namberra,
Engkau nyaris sempurna
Warnamu, putih dan bening
Matamu tajam dan setia
Dibalik kacamata
Bahasamu santun bila memuja
Hening bila bertutur kata
Karena dalam cinta
Tak sanggup wajah lain kau bandingkan
Selain menutup mata
Kita adalah sengketa
Yang ditabur cukup lama
Tentang sejarah Tuhan yang berbeda
Tapi hati manusia
Menghujam sukma
Menafikan agama
Sampai keakar-akarnya
Hidup membuat perbedaan menjadi menggurita
That`s what love it
Before, I look the same as
I ever did when
I look on the mirror
If, you are

              ( nahdia, 25 januari 2007)


T e r l e p a s

Terlepas semua tali di jantungku
Bagaikan busur aku melesat jauh
Kupegangi selalu dalam hidup terakhirku
Bunga berwarna satu
Sangat putih cahaya
Terang
Hingga pernah dibutakan aku

Seolah hadir bak  ikatan kontrak manusia
Padahal  karena tidak
Tak sedikitpun engkau pernah memasuki pintu juga
Rumahku yang berlumut pun tak
dihuninya
ditutup;
Ditinggalkan penghuninya
Sampai engkau datang mengetuk
Dan kita terpesona
Melihat dunia dalam genggaman kita
sejenak
Tak beranjak dari tempatnya
Andai satu tanganku bisa kupinjamkan
Tentu cukup sudah engkau dalam pelukan
Selamat jalan teman
Cinta yang penuh warna
Akan mudah bagi kita
Melepaskan baju dan simbol-simbol dunia
Karena kita tak seperti mereka
Yang sulit melepaskan apa yang dimiliki
Hanya untuk memiliki
(Nahdia,2011)




Arti Kebahagiaan

Kebahagiaan adalah dentingan suara, bergambar bunga
Bergema riuh, berbaju cinta
Kebahagiaan adalah obor, ditiup ke udara
Dihilangkan apinya
Dan jatuh
ditimbun cinta

(ivory&revivally dua lelakiku,2014)



JALAN TERAKHIR

Semua milik MU
Kembaliku
Tapi mengapa langit tak menerimaku
Yang kutatap begitu gelap
Udara kuhirup jadi membiru
Air mataku bersimbah darah
Meraung
Mengecil dan hilang
Jadi debu
Engkaulah cinta yang memiliki cinta
Mengapa kau renggut tak bersisa
Di tangankupun tak ada lagi manusia
Yang setia yang dulu
Berdoa
Yang mengiba
Hanya kuliat dimatamu
Cuma serigala
Merobek jantungku
Lalu
Memuntahkannya

 _  19/4/2011




Suara Suara

Suarakah itu yang
Membelah malam, suara
-suara hantu dan
Tangisan pilu.
Suaramukah itu yang
Bening tak bersuara,
Dari suara-suara kereta
Yang meluncur begitu egois
Dan memekakan telinga
Suara-suara perempuan dalam keranda
Yang di usung sendiri
Dengan nilai, harga ataukah logaritma
Dunia yang bising
Penuh suara
Suara membujuk
Suara mengiba
Suara menipu 
suara mencinta
untuk membuatmu berkuasa
Tapi,
Suaraku yang tak bersuara
Hanya bisa di pahami
Mereka yang memaknai
Suara hati
Yang menunggui
Untuk
dicumbui

                                                       ( mei 2011)