Sajak Rumah Sakit
By. Nahdia EL
Tanganku yang halus di selang infus
Tidurpun tak berdaya kehilangan tenaga
Namun otakku terus bergema
Dua tulisan sudah kutuntaskan, dengan satu sajak ini : untukmu kawan
Sampai kapan perjuangan hidup harus ku kabarkan
Agar mereka mengejanya dg jelas
Tubuhku yg kecil tak berdaya
tak kan mematikan cinta
Padamu
tanah air beta
Hidupku sunyi dikelilingi kelambu
Bagai hewan piaraan disangkar MU
Asap mengepul ditrotoar kian menghempas tubuhku ditikungan jalan
Aku diatas kapal bocor
yang semua orang tak mau menyelam kedalam
Hingga tinggal aku sendiri
Duduk merenung diatas awan putih
Terbang tinggi di ketinggian ego
Di bawah pusara
disentral langit
Aku hidup tidak untuk disalib
Bahkan seperti mereka yg menyulut lilin
Aku merana
diciumi semesta
AYAH SAJAKKU TERINDAH
Nahdia El Lathief
Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti
Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku
Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki
Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati
Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan
Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas
Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa
Kaffee da
By Nahdia El
Den Kaffee, wenn ich will, zu kochen.
Wie schmeckt der Kaffee süße,
Lieblicher als tausend Küsse,
Milder als Muskatenwein.
Kaffee
muss ich haben,
Und wenn jemand mich will laben,
Ach, so schenkt mir Kaffee ein!
Wenn du mir nicht den Kaffee lässt,
So sollst du auf kein Hochzeitfest,
Auch nicht spazierengehn.
Ach ja! Nur lasset mir den Kaffee da!
Mein Schälchen Kaffee trinken darf,
Auch dieses; doch seid nur gebeten und lasset mir den kaffee stehn
In allem, nur den Kaffee nicht
Fajar Cinta
By. Nahdia Al Lathief
Selamat datang kehidupan
Setelah malam kita bercengkrama
Selamat datang sumber cinta
Setelah kita membungkus kerinduan tiada tara
Selamat datang kemerdekaan
Setelah lama dirantai putus asa
Selamat datang kedamaian
Setelah kita bermusuhan
Selamat datang Indonesia
Kopimu sudah tersedia
Selamat datang fajar pagi
raih tanganku ini
Selamat datang Engkau:
lupakan sejenak mimpi
Mari bekerja
Peluk saja hatiku bila engkau tak merasa bahagia
( menjemput harapan May 2016 )
( Nahdia AL, May 2016)
H e a r t h s
Revivally, nama itu dulu ibu bayangkan sebelum engkau lahir
Sejak ibu baca buku whitehead di usia 6 tahun
Buku yg pertama eyang belikan di toko raja murah
Ibu bayangkan anakku the revival
Seperti dirimu kini tumbuh
Cinta dan semangat secara bersama
Tak kan kubiarkan tangan tangan kecilmu terluka
Atau hatimu merana krn wanita
Revivally
Kamu dewasa nak dan gagah
Anak ibu, bukan anak ayah
Bila suatu hari kau bertanya
Secinta apa ibu padamu
Engkau bisa menjadi anak ayah, bukan anak ibu
Happy birthday Haidar Revivally
All things in my live is love you
More than everything in the worlds
Dibatas Cahaya Laut
Laut itu pengetahuanmu
Luas dan bergelombang
Namun bila engkau memandang garisnya
Tepat di ujung matahari
Laut itu tidak lagi seram
Namun sunyi dan termaknai
Dibatas cahaya laut pernah kita berdiri
Engkau manusia manusia kecil memegang jeruji
Generasi jokowi
Tak kan lagi menengok kebelakang
Was was tubuhmu kan digoncang
Oleh gelombang laut peradaban
Dibatas cahaya laut aku bernyanyi
Nyanyian camar yg merdu sekali
Suaranya menggema di antero dunia
Melagukan puisi cinta
Tanpa tersemat luka lama
Atau kecurigaan tiada tara
( Nahdia El. 2016 )