Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

LIMBUNG

Menangislah dalam perihnya ibu melahirkan Ayah adalah kerinduan Rinduku padanya tak henti henti Rindu tiada terperi Terasa sebentar saja hidup dalam masa Allah... Aku limbung Tiada berdaya Air mata manusia bisa jadi penanda Menetes deras Kehidupan itu berjalan Kasih itu hilang Dan tak kutemukan yang sama Setelah sekian lama berjalan Luluh lantak Hancur berserak Kalau tiba waktuku Aku mau menunggu Engkau Mengambilku

PUISI KESEDIHAN

Seribu tahun aku tak lagi berpuisi Kuputuskan turun dari semeru Puncak pertapaan diam Aku menyentuh kalian Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan Kalau kalian tetap memilih bodoh Dengan berkata kata Kalau kalian sudah tidak kupercaya Maka besok akan kugotong mayat penyair Penyair, sastrawan, seniman, budayawan Mari berkumpul di dadaku Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru Bibirnya penuh asap kemenyan Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan Tidak kah engkau melihat : Bumi yg hijau ini merana dipangkuan? ( Puisi buat kebangkitan 2016 )