Sungguh



By. Nahdial El Lathief
Sajak buat kekasihku Ahmad Mustofa Bisri

Sungguh aku tidak tau engkau seorang wali 
Sinar yang datang diruanganku ini adalah pesona Mu
Semua pecintamu rela datang mengantri
Hanya untuk menemui berkah Mu

Sungguh aku tidak tau Engkau adalah sang Guru
Kilauannya membuat mata jatuh 
Semua menuntut ilmu
Semuanya bodoh dihadapanmu

Sungguh aku tidak tau nama besarmu
Berderet karya dan keagungan disandang
Tak satupun berani menyentuhmu
Apalagi memujamu sebagai laki laki biasa

Sungguh aku tidak tau
Yang aku tau engkau hanya mustofa
Lelaki yang bisa menjadi manusia biasa
Yang duduk denganku menanti fajar tiba

Karena ketidaktauanku aku sungguh sungguh
Melawati jalan ini hanya untuk bertemu
Menepati janji Tuhan bahwa manusia adalah kilasan senja
Menunggu giliran tiba hadir pada Nya 

Karena tidak tahu aku sungguh sungguh
Menunggui tanganmu menggandengku saja
Agar tak takut menghadap Nya
Bila berdua

Sungguh 
Kubuat puisi ini
Dengan sungguh sungguh

18-08-18
23:00

sebelum sampai di Heidelberg



Dan sampai sekarang,
Wajah rumahmu masih sama
Dihuni anak muda belia
Berlarian memanggut cinta
Betapapun bahagianya
Hai sang pertapa
Sudah lama tak singgah di rumah kita

Aku berfikir
Kita pernah memiliki
Taman yang kau buat melingkar

Aku berfikir
Engkapun pernah memberinya nama

Sebuah pohon kurma
Berakar kamboja
Ditengahnya
Hidup cinta

Dia sudah menunggu
Mari kita hampiri
Dia sudah menjelma
Mari kita rasuki
Dia sudah mengubahmu
Mari kita hiasi

Ditaman 
Kubedakan bunga bunga
Dari durinya

Dengan harumnya kutulis puisi ini
Sebelum sampai di heidelberg
Jalan persimpangan yang pernah kita lalui

Laki perempuan
Dua bangsa yang berbeda
Sejarahnya

Lelaki pecinta
Perempuan pemaaf

Aku berfikir
Dirumah ini,
Mari kubuatkan kota
Sebelum sampai disana
Kutunggu engkau
Sampai menyadarinya


( heidelberg , Germany 🇩🇪 hujan menyeka )

Bulan diatas Kuburan



Bulan diatas kuburan
dalamnya kesedihan terpendam lama
sekali ditangisi oleh kawan lama
berjalan ditengah malam purnama
Jalan ku kian panjang
menempuh amis dan darah manusia
jauh dari norma
dan pecahnya teka teki siapa kita
ada cinta
jauh sekali dari cahaya
buas dan pemangsa
membunuh kawanku didalam lubang
kuburan yang lama ditinggal

bulan purnama
hati yang terluka
kembalikan aku ketika remaja

Bulan diatas kuburan
kuambil dari bait sitomorang
kucuri dari ide sang pejuang

Bulan diatas kuburan
garis yang sangat kelam
mencoba tuk menghapus masa silam

Bulan diatas kuburan
ada yang mati disini
dan bersiulan

( 2014. Jerman tengah malam)

Love 💕 You



to say that the language of love
need arrangement who have
not understanding measure
not of words unable to concentrate
but of interpretations hidden in the visible
and not readable
by our eyes

Love is always patient and kind
Love is never jealous too
Love is not boastful or conceited, it is
Never rude and never seeks its own advantage, it does not take offense
Or not store up grievances..

Love does not rejoice at wrong doing
But finds its joy in the truth.
It is always ready to make allowances,
To trust, with love
To hope, be patience 
To endure
Whatever  and however comes

( Nahdia El Lathief, Germany 🇩🇪 2014 )

Rindu Yang Tersimpan



Karena aku takmau memandang cinta ketika melihat politik
Maka tak pernah sedikitpun kutanyakan apakah sudah engkau membalas kesetiaanku
Karena aku telah melihat cinta itu universal, maka aku tak mau cemburu dan menganggapmu manusia yg tak miliki pilihan

Seperti dalam sajak
Aku tak pernah berubah jadi saya
Sayang tak pernah mati ketimbang cinta

Karena aku dalam menghayatimu
Maka kusimpan rindu itu buat esok
Dan esok buat lusa

Seperti dalam gelombang
Riuh buih putih memisahkan ombak
Rinduku tersimpan
Dan engkau masih saja mempertanyakan
Satu itu harus buat satu
Bukan relatif satu

Mana mungkin aku bisa menjadi satu
Kalau rasaku banyak
Ada sedih, senang, luka, gembira
Kita ini hanya berpura pura setia
Kemudian menunjukkan paling sempurna

Aku tidak

Aku seperti hidup
Hidup tak seperti aku
Biar kusimpan binal
Kulepas kapal
Agar para pelaut bisa pulang
Menemui rumahnya

Bila sudah tidak ragu
Rindumu kusimpan buat besok

Sendiri



Duniaku sepi
Warna tubuhku biru
Hatiku berhenti
Tak ada pemujaan
Tak perlu kerinduan

Jalanku lurus
Tak lagi mendaki
Mataku kupejamkan
Tak liar tak gentar

Karna dipilih sendiri
Makan sendiri
Hidup sendiri
Sedih sendiri
Tertawa sendiri
Sepi sendiri
Mati sendiri
Cinta sendiri
Sendiri itu pasti
Tak butuh 

Tak dikasihani

Mustofa


Mustofa, tolong zikirkan kami
Mustofa, tolong bawalah pemusik ini pergi
Mereka melagukan nyanyian permusuhan setiap hari
Mustofa, tolong doakan kami
Anak pendosa dan yg tak mengerti berterimakasih ini
Mustofa, tolong lumpuhkan kami dari kesombongan
usia Negerimu sudah semakin tua
Namun hati tak bersukma
Mustofa, Mengapa tak ada orang yg menuntun kami
Mengajariku bagaimana memeluk musuh
Mustofa, Aku tak mampu Mengikutimu,
mendengarkanmu namun setelah itu Aku menikammu
Negeri ini sungguh telah terbelah
Warnanya pekat dan musuhnya tak sama
Warna gelap cahayanya gelap
Dan warna terang tapi tanpa cahaya
Padahal cahaya dan kegelapan bagean dari manusia  
Mustofa adalah, lelaki yg dengan setia mencintai istri
mustofa adalah wajah yg sangat sempurna dalam diam
Ketika ku merasa begitu sangat cemburu sebagai pencari makna
Mustofa takpernah memperlihatkan guratan kepandaian yg bisa di jual seperti yg lainnya
Ataupun mengambil kesempatan buat kemahsyuran
Mustofa aku mengikutimu, mengikuti langkahmu setiap waktu
Kakek namun energinya akupun kalah
Bahkan dalam ilmu bathiniah
Akupun tak ada apa apa
Apalagi ilmu cinta dan kesetiaan
Ketika aku merasa bhwa ilmuku berguna
Aku malu membaca wajahmu
Ketika aku merasa paling suci
Aku malu melihat cahaya hatimu
Ketika aku merasa paling setia
Aku kalah bersaing denganmu,
oh mustofa   Engkau guru yg tak pernah kutemui
MemelukMU, dg hati penuh rindu Disanalah Musthofa ,
ingin kutitipkan cinta Putih, tenang dan bercahaya
MemandangMU musthofa dari jauh Lautan rindu lautan cinta
Dari negeri yg membuatku merana
Aku ingin pulang segera MenemuiMU
Belajar tentang Hidup denganmu,
berdiri disemua sisi Dan arah mata angin
Meski, Tetap ada bumi yg rela dipijak setiap hari
Namun, Musthofa Tak pernah melukai siapa saja
Mustofa,  Absyir Binailil Muna Nuurul Jamaali Badaa  Min Wajhi  asy Syamsil Hudaa
 ( germany, 15/05/2018 )

POST ISSUES

Paskah 2025

✍️