KALAU SAJA


Kalau saja waktu bisa ku ukur dg 
Kinematik planar, 
Jauhnya putaran perubahan tak kubutuhkan
Sejengkal putaran perasaan
Lembutnya hati
Mengguncang se isi
Kepalaku yg tak pernah diam

Kalau saja aku berhenti disini
Bukan berarti
Tak mencari
MU
Aku masih saja bicara lewat lukisanku
Atau saat aku membaca buku
Aku bisa dg mudah membayangkan wajahmu

Pilihanmu menyingkir adalah paling rumit
Dimengerti oleh langit
Semestinya kita terima saja
Hati dan jantung berlarian mengejarku
Tersengal
Atau
Membisu hingga fajar
Membangunkan matahari

Bila saja 
Aku cukup keberanian
Menjawabmu, kawan 
Tentu hidup
Tak seberat rindu
Bertatapan

Ini hanya dunia semu 
Yg dikuliti luka tak bernama
Bila engkau sudah menyingkir begitu saja
Dari hingar bingarnya
Engkau telah memenangkannya 
Juga telah
Mengalahkanku
Dg satu pukulan telak


.

Den Haag, 26/02/19_ 12.55

Bulan di sepenggalan bumi Eropa


Warna suaramu tak berbeda saat
musim berganti
Kita duduk memandangi NYA
Bulan separuh purnama
Masih menunggu kita
Mau menyentuhnya
Atau membiarkan saja

Bergantung dengan apa cinta tak memiliki tujuan
Melayang layang di udara
Manusia saling memuja
Indahnya tiada tara

Bulan disini pucat pasi
Hanya dingin membeku
Setiap hari
Kaki serta tubuhku yang semakin tua
Tak bisa bilang
Ini kewajiban biasa

Kutinggalkan dulu
Harapan menggunung
Kutunggu udara
Datang menyampaikan pesan
Pada bulan yg tak pernah menunggu
Kecuali ditinggal
Sang pejuang

( munich, 5:58—20/01/2019 )

TIDAK DENGAN SIAPA SIAPA



Saat dunia begitu begitu
Aku begini begini
Saat engkau begitu begitu
Aku tidak begitu

Saat kulihat engkau dengan siapa siapa
Aku  tidak dengan siapa
Tetap saja begini
Tidak begitu begitu

Engkau,
Saat sudah tidak dengan siapa siapa
Barulah aku menyapa
Setelah sekian lama bersama
Di media maya
Tetap saja
Aku bukan siapa siapa
Buat 
Engkau

Saat dunia begini begini
Aku sudah begini begitu
Saat engkau sudah tidak begitu
Aku masih saja begini

Aku,
Saat dengan siapa siapa
Barulah engkau bilang siapa
Setelah sekian lama tidak bersama
Di dunia nyata
Tetap saja
Engkau belum menyapa
Buat
Aku

Menjadi siapa

( bukan puisi , 28/12/2018 )

Try to Listen



Allah
Now i get serious problems
nor should one expect that in foreseeble future one of them
no one of these problem is back to the last
but by a way of incompatible yet reasonable fast

Allah
i listen you
your hands conduct will ever be affirmed by all
i still hear
and saw nearly from inside

AllΓ€h
i get a big problems
comes from you

yet the problem of stability has
release big problems
and understand
they are from you
Allah

now i have not listen again
but see and walk 
far a way
to keep hikmah or wisdom



Cobalah untuk mendengarkan



Allah
Sekarang saya mendapatkan masalah serius
Atau harus satu mengharapkan bahwa di foreseeble masa depan salah satu dari mereka
Tidak ada salah satu dari masalah ini kembali ke yang terakhir
Tapi dengan cara yang tidak kompatibel namun wajar cepat

Allah
Saya mendengarkan anda
Tangan Anda bertindak akan pernah ditegaskan oleh semua
Aku masih mendengar
Dan melihat hampir dari dalam

Allah
Saya mendapatkan masalah besar
Datang dari anda

Namun masalah stabilitas telah
Lepaskan masalah besar
Dan mengerti
Mereka dari anda
Allah

Sekarang aku tidak mendengarkan lagi
Tapi melihat dan berjalan
Jauh sebuah jalan
Untuk menjaga hikmah atau hikmah

Kangen


Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,

Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama

Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku

BIASANYA



Biasanya manusia itu suka terbalik balik 
Kalau dia tak pernah memuja tuhannya dia daku paling pemuja
Bila dia tak pernah bertemu rosulnya
Dia berasa paling paham DIA
Bila dia tak pernah bertafakur dan beramal sholeh sepanjang hidupnya
Dia umumkan yang paling sholeh diantara

Biasanya,
Kalau sudah suci betul perangainya
Dia tak butuh baju putih
Memakai pakean hitam dan tampak hitam
Jauh menjaga hati dari kesombongan
Apalagi biasanya kesombongan amat dekat dengan perilaku setan

Aku seperti biasanya,
Hidup tanpa beban meski gelisah memuncak dikeseharian
Pernah ku memajat tebing
Yang biasanya membunuh orang
Tapi aku menaikinya sambil bernyanyi riang
Jurang dibawah tak sedalam
Langit yg diatas
Atas dan bawah sama saja
Karena kita berada di putaran arsy NYA

Biasanya lumut itu hidup
Dibasah dinding pengembaraanmu
Tampak hijau memang
Tampak menghidupi 
Namun tak pernah bisa kau nikmati
Biasanya malah seperti metamorfosa
Atau tempat binatang renik di bawah nya liar
Menggerogoti jiwa

Biasanya kalau sudah begini
Aku pergi saja
Sudah selesai kubaca
Jilid akir
Dari cerita
DA


Puisi lima menitan, 6 des 2018 ; 03:35

POST ISSUES

Paskah 2025

✍️