PUISI BUAT ENGKAU



Kebisingan beban Kita pernah menumpuk
Lupa bercanda dan tertawa
kami pernah marah bersama sama di jalan ini, terdengar seperti kehidupan yang seru
Kita pernah membutuhkan dua roda untuk mempercepat laju perjalanan kita,
Ini mustahil, karena hatiku suka berpindah pindah
Aku yang menyukai kebiasaanmu meremas tanganku
Aku adalah tempat yang indah bagimu dan selalu begitu untuk tanganmu meraih ku
Aku adalah sinar lampu malammu dan peri salju yang hanya bisa di sentuh oleh bulan tanpa gerhana

Tubuh mungilku,
karakterku yg lincah
Semuanya adalah Keindahan melintasi ruang dan waktumu
Semua yang ada padaku adalah penuh dedikasi
Semua yang ada padamu hanya untuk kerajaan hati dan pikiranmu sendiri

kita adalah sejoli yang tak pernah mengeluh tentang berapa sinar matahari yg menerpa tubuh tuamu
atau hujan yg terus menepis batu

Bersama-sama kita akan mengatasi apa yang kita cari
Memang aku sesuatu yang paling sulit kau dapatkan di bumi ini, semacam itu gambaran yang akan kau temui  ketika nanti aku selalu berada di sisimu nanti,

Engkau bisa pergi jauh sesuka engkau
Karena aku yakin aku dan engkau sudah terhubung dalam ranah kesetiaan yg tua
Engkau Tidak perlu tahu, itu engkau yang selalu membawakanku bunga
Atau engkau yg menyelipkan cincin di jari

Aku akan tetap  menunggu,
mungkin suatu hari engkau akan menolak, menyentuhku lagi
Atau  jalan panjang yang sulit saat di peraduan
Penuh Debu dan batu
Asap dan bau

Semua telah membuatku semakin dekat dengan mu
Sebagaimana iqbal dan iqlima, kita sudah tumbuh bersama
di tanah dan cuaca

Aku sudah lama menunggu
Aku juga sudah lama menjelma cinta
Di tempat yang sama saat engkau diam saja
Membiarkankanku membeku dan bekaca kaca

KALAU RINDU PADAMU



Kalau rindu padamu itu sebatas rindu gunung pada para pendaki, 
Tentu tak kubiarkan hatiku dijajahmu tiap kali engkau membuka masa lalumu
Kalau rindu padamu itu tak berarti cinta
Tolong katakan kepadaku
Agar angin tak berisik berbisik

Yang aku tau, rindumu sebatas cakrawala
Tak pernah jatuh dan dipunggut pecinta
Rindumu milik dirimu sendiri
Yang diamini oleh pemuja

Kalau saja,
Engkau muda sepertiku
Awanpun akan kau arak kesini
Menyaksikan darah mengalir, saat ditikamkan jantung 
Atau nadi yg terhimpit, saat berat tak disapa

Aku tak mengenal duniamu, wahai pertapa tua
Yang aku tau saat engkau hadir disini tua dan muda itu
Hanya kilasan warna
Yang diberikan Tuhan pada lembar kafan
Engkau memakainya ataupun tak
Hidup tetap bergerak

04:23
25/08/018

Sungguh



By. Nahdial El Lathief
Sajak buat kekasihku Ahmad Mustofa Bisri

Sungguh aku tidak tau engkau seorang wali 
Sinar yang datang diruanganku ini adalah pesona Mu
Semua pecintamu rela datang mengantri
Hanya untuk menemui berkah Mu

Sungguh aku tidak tau Engkau adalah sang Guru
Kilauannya membuat mata jatuh 
Semua menuntut ilmu
Semuanya bodoh dihadapanmu

Sungguh aku tidak tau nama besarmu
Berderet karya dan keagungan disandang
Tak satupun berani menyentuhmu
Apalagi memujamu sebagai laki laki biasa

Sungguh aku tidak tau
Yang aku tau engkau hanya mustofa
Lelaki yang bisa menjadi manusia biasa
Yang duduk denganku menanti fajar tiba

Karena ketidaktauanku aku sungguh sungguh
Melawati jalan ini hanya untuk bertemu
Menepati janji Tuhan bahwa manusia adalah kilasan senja
Menunggu giliran tiba hadir pada Nya 

Karena tidak tahu aku sungguh sungguh
Menunggui tanganmu menggandengku saja
Agar tak takut menghadap Nya
Bila berdua

Sungguh 
Kubuat puisi ini
Dengan sungguh sungguh

18-08-18
23:00

sebelum sampai di Heidelberg



Dan sampai sekarang,
Wajah rumahmu masih sama
Dihuni anak muda belia
Berlarian memanggut cinta
Betapapun bahagianya
Hai sang pertapa
Sudah lama tak singgah di rumah kita

Aku berfikir
Kita pernah memiliki
Taman yang kau buat melingkar

Aku berfikir
Engkapun pernah memberinya nama

Sebuah pohon kurma
Berakar kamboja
Ditengahnya
Hidup cinta

Dia sudah menunggu
Mari kita hampiri
Dia sudah menjelma
Mari kita rasuki
Dia sudah mengubahmu
Mari kita hiasi

Ditaman 
Kubedakan bunga bunga
Dari durinya

Dengan harumnya kutulis puisi ini
Sebelum sampai di heidelberg
Jalan persimpangan yang pernah kita lalui

Laki perempuan
Dua bangsa yang berbeda
Sejarahnya

Lelaki pecinta
Perempuan pemaaf

Aku berfikir
Dirumah ini,
Mari kubuatkan kota
Sebelum sampai disana
Kutunggu engkau
Sampai menyadarinya


( heidelberg , Germany 🇩🇪 hujan menyeka )

Bulan diatas Kuburan



Bulan diatas kuburan
dalamnya kesedihan terpendam lama
sekali ditangisi oleh kawan lama
berjalan ditengah malam purnama
Jalan ku kian panjang
menempuh amis dan darah manusia
jauh dari norma
dan pecahnya teka teki siapa kita
ada cinta
jauh sekali dari cahaya
buas dan pemangsa
membunuh kawanku didalam lubang
kuburan yang lama ditinggal

bulan purnama
hati yang terluka
kembalikan aku ketika remaja

Bulan diatas kuburan
kuambil dari bait sitomorang
kucuri dari ide sang pejuang

Bulan diatas kuburan
garis yang sangat kelam
mencoba tuk menghapus masa silam

Bulan diatas kuburan
ada yang mati disini
dan bersiulan

( 2014. Jerman tengah malam)

Love 💕 You



to say that the language of love
need arrangement who have
not understanding measure
not of words unable to concentrate
but of interpretations hidden in the visible
and not readable
by our eyes

Love is always patient and kind
Love is never jealous too
Love is not boastful or conceited, it is
Never rude and never seeks its own advantage, it does not take offense
Or not store up grievances..

Love does not rejoice at wrong doing
But finds its joy in the truth.
It is always ready to make allowances,
To trust, with love
To hope, be patience 
To endure
Whatever  and however comes

( Nahdia El Lathief, Germany 🇩🇪 2014 )

Rindu Yang Tersimpan



Karena aku takmau memandang cinta ketika melihat politik
Maka tak pernah sedikitpun kutanyakan apakah sudah engkau membalas kesetiaanku
Karena aku telah melihat cinta itu universal, maka aku tak mau cemburu dan menganggapmu manusia yg tak miliki pilihan

Seperti dalam sajak
Aku tak pernah berubah jadi saya
Sayang tak pernah mati ketimbang cinta

Karena aku dalam menghayatimu
Maka kusimpan rindu itu buat esok
Dan esok buat lusa

Seperti dalam gelombang
Riuh buih putih memisahkan ombak
Rinduku tersimpan
Dan engkau masih saja mempertanyakan
Satu itu harus buat satu
Bukan relatif satu

Mana mungkin aku bisa menjadi satu
Kalau rasaku banyak
Ada sedih, senang, luka, gembira
Kita ini hanya berpura pura setia
Kemudian menunjukkan paling sempurna

Aku tidak

Aku seperti hidup
Hidup tak seperti aku
Biar kusimpan binal
Kulepas kapal
Agar para pelaut bisa pulang
Menemui rumahnya

Bila sudah tidak ragu
Rindumu kusimpan buat besok

POST ISSUES

Paskah 2025

✍️