SAJAK SENDIRI



Kamu itu elang yang menawan
Kamu itu kabut hitam yg mengitari desaku
Kamu itu malaikat pencabut nyawa yg membuatku rendah diri
Kamu juga pujangga yg membuat mantra
Kamu sebuah doa
Kamu itu laki laki

Kamu itu wajah yang tak pernah kujumpai
Kamu itu rahim yang dibuat tuhan
Kamu adalah syair syairku yg sendiri
Kamulah yang membuat dermaga dermaga tua mati tanpa kapal menepi
Kamu juga cahaya
Kamu goa
Kamu itu laki laki

Kamu
Hampiri
Aku
Berhenti bermimpi

LANGIT


Langit aku jatuh cinta
Namun Cinta tak jatuh dr langit
Langit birumu melangit
Angin membawamu menyusuri bahasa yg tersembunyi darinya
Namun wajahnya semakin menjauh
Menjauh
Berjarak
Ribuan mil lamanya

Langit
Sampaikan bila ada manusia sekecil aku merindukan Nya
Rindu pada bunyi dag dig dug dan  kaki melompat lompat seperti dahulu
Ketika birumu belum disapu hujan
Menjadi mendung yg menahun

Langitkah kamu
Yg menatapku sejak tadi
Seperti melindungi
Namun ketika kuhampiri
Langit itu hampa
Tak kutemui satu pola
Atau ruang ruang dimana batasmu berada

Langit sampaikan padanya
Aku masih memotretmu
Hingga kutemukan satu tanda
Engkau benar benar jatuh cinta

( the end of June 2016 )

SED


Non temen istae omnespartes 
simul inueniuntur, 
sed sed
quaendam inueniutur,
quendam non inueniutur, 
certe intentio aliquanda sola inuenitur, 
sicut in praeiudicialibus formulis, 
qualis est qua quaeritur aliquise libertis sit, 
uel audiodicato et condemnatio numquam solae inueniuntur, nihil enim omnino 
sine intentione uel condemnatione ualet, 
item condemnatio sine demonstratione uel condemnatione ualet. 
Item condemnatio sine 
Sed
abesse potesrt una aliaue.

SUDAH TIDAK LAGI MENYISAKAN TEMAN



Mungkin teman baik bukan teman lama
Temanmu hanya dalam nafas yang sama
Mengapa hidup menjadi seperti tidak bernyawa
Engkau sudah tidak menyisakan lagi sedikit saja cinta
Kau tinggalkan ikatan tali geladak kapal tua

Mungkin teman baik bila harus memuja
Meskipun bau busuk pengemis yang mati lama dijalanan kota
Aku harus mengatakan hal yang sama
Seperti paduan suara

Engkau sudah tidak lagi mengikatku dengan tali
ketika kudengar suara angin  berdesis menghantarkan wangi
Dan burung sriwiti mengantarku hingga disini
Melukis wajah takdir di eropa barat, atau timur sendiri
Hanya sendiri
Matamu pun enggan melihat darahku yg berceceran hari ini
Dan aku telah bertempur sendiri melawanmu tikaman belati

Orang orang yg dahulu senyumnya lembut bagaikan dirimu satu persatu mati
Dibawa maut selagi muda
Kini aku tua renta sendiri
usang dipojokan
Tak ada teman tak ada ketulusan

Mereka melihatku dengan mata sebelah
Meludahiku juga membakar wajahku

Aku hilang, lenyap bagaikan asap
Menyatu dengan langit, awan dan cahaya

Mungkin engkau sudah tak menyisakan lagi cinta
Teman baik cuma dalam jamuan
Bila nanti engkau tiba tepat diwaktunya
Sisakan aku satu saja harapan
Bila nanti pulau impian itu sudah kautemukan
Bawa aku menuju kesana
Hanya denganmu saja
sebelum nyawa berhenti diujung senja

( Roma akir Juni 2016 )

Maka


Maka ketika aku tau engkau seperti anak kecil yg takut akan jalan, aku tersenyum kepadamu. Karna engkau laksana kumpulan domba yang menunggu tuannya, sedangkan aku ini kuda putih yg berlari kencang yg tak bisa menunggumu yakin akan sesuatu.
Maka ketika aku menepuk bahumu, dan engkau baru mau berbicara tentang cinta, saat itu aku sudah menciptakan sepuluh ribu puisi dengan octav dan musiknya

Sampaikan saja pada langit kalau kaki ini masih kuat
Menjaga mu, hati yg meredam kisah siti nurbaya
Sampaikan saja pada bumi, mungkin ini yg disebut setia
Maka segeralah mengeja,
Aku ini manusia;
Tak perlu kau bawa pasukan laki laki
Untuk membuktikan
Aku manusia

Maka ketika tangaku lelah mengapit
Sejumput debu yang basah sehabis hujan
Lewati saja, mungkin jejak kakimu akan menempel kemudian
Dari daftar penghuni sorga yang mengantri doa
aku ini manusia;
Tak perlu tunjukkan  pasukan laki laki
Untuk membuatku takut memahami
Siapa manusia
Bila hidup memang digantung buat menunggu bahagia

(Monaco, 2016 by the train)

KOMPILASI PUISI KOPI



Tanganku yang halus di selang infus
Tidurpun tak berdaya kehilangan tenaga
Namun otakku terus bergema
Dua tulisan sudah kutuntaskan, dengan satu sajak ini : untukmu kawan
Sampai kapan perjuangan hidup harus ku kabarkan
Agar mereka mengejanya dg jelas
Tubuhku yg kecil tak berdaya
tak kan mematikan cinta
Padamu
tanah air beta

Hidupku sunyi dikelilingi kelambu
Bagai hewan piaraan disangkar MU
Asap mengepul ditrotoar kian menghempas tubuhku ditikungan jalan
Aku diatas kapal bocor
yang semua orang tak mau menyelam kedalam

Hingga tinggal aku sendiri
Duduk merenung  diatas awan putih
Terbang tinggi di ketinggian ego

Di bawah pusara
disentral langit
Aku hidup tidak untuk disalib
Bahkan  seperti mereka yg menyulut lilin
Aku merana
diciumi semesta


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa


Kaffee da
By Nahdia El

Den Kaffee, wenn ich will, zu kochen.
Wie schmeckt der Kaffee süße,
Lieblicher als tausend Küsse,
Milder als Muskatenwein.
Kaffee
muss ich haben,
Und wenn jemand mich will laben,
Ach, so schenkt mir Kaffee ein!
Wenn du mir nicht den Kaffee lässt,
So sollst du auf kein Hochzeitfest,
Auch nicht spazierengehn.

Ach ja! Nur lasset mir den Kaffee da!
Mein Schälchen Kaffee trinken darf,
Auch dieses; doch seid nur gebeten und lasset mir den kaffee stehn
In allem, nur den Kaffee nicht

Fajar Cinta

By. Nahdia Al Lathief

Selamat datang kehidupan
Setelah malam kita bercengkrama
Selamat datang sumber cinta
Setelah kita membungkus kerinduan tiada tara
Selamat datang kemerdekaan
Setelah lama dirantai putus asa
Selamat datang kedamaian
Setelah kita bermusuhan
Selamat datang Indonesia
Kopimu sudah tersedia
Selamat datang fajar pagi
raih tanganku ini
Selamat datang Engkau:
lupakan sejenak mimpi
Mari bekerja
Peluk saja hatiku bila engkau tak merasa bahagia

( menjemput harapan May 2016 )

( Nahdia AL, May  2016)




 H e a r t h s

Revivally, nama itu dulu ibu bayangkan sebelum engkau lahir
Sejak ibu baca buku whitehead di usia 6 tahun
Buku yg pertama eyang belikan di toko raja murah
Ibu bayangkan anakku the revival

Seperti dirimu kini tumbuh
Cinta dan semangat secara bersama
Tak kan kubiarkan tangan tangan kecilmu terluka
Atau hatimu merana krn wanita

Revivally
Kamu dewasa nak dan gagah
Anak ibu, bukan anak ayah

Bila suatu hari kau bertanya
Secinta apa ibu padamu
Engkau bisa menjadi anak ayah, bukan anak ibu

Happy birthday Haidar Revivally

All things in my live is love you
More than everything in the worlds

Dibatas Cahaya Laut

Laut itu pengetahuanmu
Luas dan bergelombang
Namun bila engkau memandang garisnya
Tepat di ujung matahari
Laut itu tidak lagi seram
Namun sunyi dan termaknai

Dibatas cahaya laut pernah kita berdiri
Engkau manusia manusia kecil memegang jeruji
Generasi jokowi
Tak kan lagi menengok kebelakang
Was was tubuhmu kan digoncang
Oleh gelombang laut peradaban

Dibatas cahaya laut aku bernyanyi
Nyanyian camar yg merdu sekali
Suaranya menggema di antero dunia
Melagukan puisi cinta
Tanpa tersemat luka lama
Atau kecurigaan tiada tara

( Nahdia El. 2016 )

KOMPILASI PUISI KOPI 2



Jangan fanatik, mengaku agamamu paling hits
Agama mu cuma nama,
Pro dan anti
Yang terlalu anti jokowi meleburlah buang pakean pakean kebesaranmu disini,
Yg pro jokowi mania, tidak mau ada cela sedikitpun ditubuhnya , sempurna bagai wali. turunlah ke bumi,
Sekali waktu dengarkan aku ini

Jika menghardik
jangan fanatik
Tidak baik

Mari kita merubah paradigma
Melihat Indonesia itu dg tidak memakai seragammu
Musuh kamu bukan kulit sawo matang

Musuh kita adalah kemiskinan


Puisi Kesedihan

By. Nahdia El

Seribu tahun aku tak lagi berpuisi
Kuputuskan turun dari semeru
Puncak pertapaan diam
Aku menyentuh kalian
Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan

Kalau kalian tetap memilih bodoh
Dengan berkata kata
Kalau kalian sudah tidak kupercaya
Maka besok akan kugotong mayat penyair

Penyair, sastrawan, seniman, budayawan
Mari berkumpul di dadaku
Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru
Bibirnya penuh asap kemenyan
Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan

Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan
Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan
Tidak kah engkau melihat :
Bumi yg hijau ini merana dipangkuan?

( Puisi buat kebangkitan 2016 )

Jubah

By Nahdia El Lathief

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku gusar jatuh cinta
Pada MU aku menghitung butiran karunia
Wajahmu tersenyum terbuka di ujungNya
Mengeluarkan cahaya
Menarik semua cinta
Duduk dan terluka

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku adalah titik yg terhubung
Pada MU aku masih terlindung
dibalik jubah
Hitam dan putih
Dendam dan perih
Mengarak rumbai rumbai kepada kelamin laki
Menggorok hingga disini
Tidur dan lunglai sendiri

Jubah
Kupakai sampai engkau tak melihatku lagi
Pakaian jubah adalah mustafa
Pakainnya berubah bentuk
Menjadi pakaian kemanusiaan biasa

Kalau sudah begini,
Eksistensiku hanyalah nyawa
Bibir yg tersenyum
Kecantikan yang tiada terkira


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu, sampai pagi
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa




POST ISSUES

Paskah 2025

✍️