About Me

My photo
Munich, München, Germany
Logical Development in Indonesia, Original Ideas, Rules, Politics, Science and Landscapes Architectures Technology with Philosophy Approaches

Friday, 13 November 2015

KAMU

❤️
Kamu
By. Nahdia El Lathef

Kamu yang sedang duduk memandangku,
Dimulutmu, harum bunga kesturi
Kamu, yang memuji indah wajahku
Ditubuhmu, tato bertuliskan hati

Kamu,
Berlari ketepi senja, ingin kupanggil kembali namamu saat bulan menjadi terang
Mengecup keheningan ataukah kesunyian
Kalimatmu kutangkap selalu bersayap
Disetiap syair yg kaubuat
Biar musafir yg lewat sepertiku, berharap
Itu kamu sedang merinduku
Namun ternyata tanganmu menunjuk yg lain

Kamu,
Akulah yg merindukanmu
Kalimat yang jelas dalam setiap nyanyian itu
Meski satu kata
Dari  seribu baris yg kau ciptakan
Hanya satu kata
Yg kutunggu
Darimu
Tulislah dg jelas disana:
'Nama panjangku'
Sepanjang sejuta tahun sejarahmu:

Nahdia El Lathief

M a l a m

Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka

Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati

Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati

Jangan Mengeluh

By. Nahdia El Lathief

Hidup itu ya begini, rekoso
Kalau tidak nyambat ke Tuhan ya gak direkso
Hidup itu menunggu antrian
Siapa dulu yang bakal dapat giliran

Hidup ini ya begini, menungso
Kalau tidak dicaci, gak rumongso
Hidup ini impian
Siapa dulu bermimpi, yang kebagean

Ha.ha.ha.ha...
Jangan mengeluh terus
Begitu saja kok repot

Bayangkan saja, bagaimana pusingnya Tuhanmu
Satu juta manusia saja kepalanya berbeda
Yang satu minta kaya, diputus pacar, sandalnya ilang, rebutan jadi lurah, sampai istri ngumpetin dompet suamipun lapor ke tuhan

Hi.hi.hi.hi...
Jangan mengeluh terus
Kapan lagi kau dengar keluhan syaitan
Bila terlalu banyak malaikat sibuk melaporkan keluhan
Tuhan

Ditolak itu biasa
Dibenci itu biasa
Dicinta itu biasa
Disanjung itu biasa

Biasa biasa sajalah
Dengan hidup ini


KOPI

BY. Nahdia EL

Kopi, dulu dan sekarang menjelang pagi
Kopi, dulu
Baru bicara tentang hati
Kita yang lama tidak menjualnya
Ke manusia yang singgah hanya sebentar
Mencicipi
Kopi.

Kopi, sekarang dan nanti waktu matahari tenggelam
Terasa sedap pahitnya
Meski dingin hatiku membeku disana
Mengingatmu takkunjung hilang
Menikmati
kopi.

Mari
Datanglah kemari
Singgah di kota tua yang hampir mati
350 tahun lamanya menyendiri
Perawan tua dan si kaki besi
Mereka tak pernah bertemu
Atau menemukan kemewahan
Wajar saja bila mati nanti
Meninggalkan pahitnya
Yang ditabur dimana mana
Ladang kopi
Mati
Disini



BY. Nahdia EL

Coffee, past and present ahead in the morning
Coffee, first dessert
Then we have talks about our hearts
We have not sold it lonely
To the human who they had put and end, briefly
Tasting to
Coffee.

Coffee, now and then when the sun sinks
By the even grater , bitterness
Like as cold of my hearts, rigidness
Remember you and missing you
to Enjoy
The coffee.

Led
You Came here
in the old of city almost death
350 years alone had
The virgin of girls and the iron of legs
They are never met
Or find luxuries
Naturally, died
Leaving bitter than minded
shared on anywhere
Coffee of seeds was
Dead
Here

Sajak tanpa judul

By Nahdia El Lathief

Mungkin karena dingin
Otakku kram dan susah menghapal
Menjadi org bodoh itu susah di negeri sendiri
Kemana mana tidak diakui
Apalagi menjadi org bijak

Mungkin karena rupiah turun
Pelitnya engkau menyisakan udara buatku
Berebut semua menghirupnya
Menjadi org mlarat itu mudah di negeri sendiri
Kemana mana dimaki
Apalagi kalau harus mencuri

Mungkin karena aku dulu tukang kayu
Jgn terlalu berharap jadi tukang batu
Tukang kayu kerja dg duduk
Tukang batu kan harus jongkok

Mungkin karena terbiasa duduk dan kedinginan
Rupiah jadi turun dan jongkok


Begger
By, Nahdia El Lathief

😭😭😭

Today i see in the mirror my eyes
Tear and blue
Crying for you
We are heart falling views
In other worlds, different culture different nature
You say,  too
I am not respect  you
Why respectful? If you depend on me
Eat and need money
If you are my friend come on you not like beg gay

life is a struggle
No exploited me
Because of i am an innocent
Stupid and did not know about chicane


The Lamp
( By. Nahdia El )

Dark of room without lights
I crept like an animal at night
Feel lonely in the world without You
Then has been deserted like a lost conscience
One candle not enough changed lamp and you

Who are you?
Many girl turn down from sky for you
Only got kissing and waiting
I fold my hands because of blessing
Teach you love and how much prices human life

God,
Till hero in the lamp
Return it to true live
And we are know
One face with love
No doubt
No globe

I love breath and life in this room without lamps

Lampu
By. Nahdia El Lathief

Dalam kegelapan tanpa lampu
Aku merayap seperti hewan di malam hari
Merasa sendiri di dunia ini tanpa MU
sepi. seperti hati nurani yang melambat lenyap ditelan malam
Satu lilin ini pun tak cukup menggantikan lampu
dan diri MU

Siapakah Engkau
Banyak gadismu turun dari langit untuk menjamu
Hanya tuk berciuman dan menunggu MU
Aku melipat tanganku karena memang berdoa
MengajarkanMU cinta dan berapa banyak nilai manusia

Tuhan,
kan kau temukan banyak hewan dan pahlawan
bila terang benderang
Atau bila gelap seperti malam ini
Di kamarku
Berterbangan Kembali hewan melata ke kehidupan yang benar meski tanpa terang lampu
Dan kami tahu
Bagaimana menemukan Sebuah wajah
dengan cinta
Tanpa keraguan
Utuh dan bulat

Dalam nafasku kehidupan berjalan di ruangan ini tanpa lampu



Menangis

By. Nahdia El ( minum kopi sambil menangis )

Pagi dan deru suaramu yang keras, menghardik
Hewan hewan dan anjing di taman itu
Semuanya berantakan seperti hatimu
Tercabik tingkah polah yang membatu
Bagai Pagi dan secangkir kopi yang dingin
Ditanganku

Bila kumenangis,
Saat ini
Tak ingin orang lain menyapaku
Hello
Cukup engkau saja
Memandangi hatiku

Ribuan tahun silam
Aku sudah menyuntingmu
Dg kebaikan dan kebenaran
Dg ketulusan dan kesucian
Namun,
Pagi ini
Noda hitam kelam
Menggenangi
Aku tangisi
Engkau
Disini

Mari tikam kembali
Koyak koyak hingga ku mati
Ambil darah segar perawanku
Arak jauh jauh ke makam MU


WAKTU

By. Nahdia El Lathief
( buat yang ngasi Alexandre Christie )

Bayangkan bumi ini berputar tanpa waktu
Berputar saja
Bayangkan kamu berjalan tanpa ruang
Berjalan saja
tentu aku tak memerlukan benda ini
Dan tak kufahami Epistemological Problems in Atomic Physics Albert Einstein atau apalagi

Bayangkan saja dia berputar kebelakang
Berputar saja
Masa lalu lebih berarti dari masa depan
Dan bayangkan pula porosnya tak melewati second dan menit
Lurus saja
Maka ini berarti seperti kamu melintas waktu
Kebelakang
Tak berguna lagi kekuasaan

Waktu
Kita punya nama karena dia
Kita membutuhkan cinta karena dia
Kita berduka karena dia
Kita bertemu karena dia
Kita berkuasa karena dia
Kita ditinggalkan karena dia
Bagaimana dg anda?

Masih kah kamu berebut satu benda ini
Hanya soal waktu kamu disini

MENIKAH SAMPAI SENJA

By. Nahdia El Lathief

Puisi ini kutulis dg sangat berat
Seperti mengeluarkan gulungan kawat
berduri. Dalam terongkonganku
Walau cuma sebatas buat
kata kata. Tak kutemui satupun lebat
Harum dan indahmu
Karena yg kueja bukanlah yg biasa ku keluarkan setiap hari bila sedang bernyayi
Atau gemulai tubuh ketika menari
Namun sebuah tanggung jawab yg lahir disini
Dari hati

Bait bait kujadikan teman hantaran
Melamarmu dg segenap kecupan
Bagaimana bumi ini kuserahkan semuanya
Semuanya
Satu Dermaga yang menanti ribuan anak anak kita
Kembali menemukan wajahnya

Mari kita buat api
Kumpulan serigala sudah merapat lagi
Malam yg larut menunggui purnama
Kurobek jantungmu kuikat perjanjian lama
Bersama

menikahlah dgku
Aku batu besar dan bersalju
Tak satupun gagak menggiring daging
Diatas mayat mayat bergelantungan
Ribuan pasukan
Menarikku kembali ketahanan

( Senja dekat FURIO CAMELO, 26/07/2016)

Sajak untuk Fathimah Usman 2

Ketika aku terdiam, menatap langit kamar yang hening, suara suara jadi ikut membisu. Aku sendiri dan hanya padamu
Aku sendiri. Memang sendiri
Aku sepi. Memang sendiri
Mataku berlari lari mengililingi ruang yang berbatas
Tembok yang sulit kutembus
Dengan akalku
Aku sendiri. Memang sepi
Aku sendiri. Mau sendiri
Dari dunia yang mentertawakan ku dg terbahak bahak
Mereka yang nyinyir membusungkan dada
Berhasil menyembelih darah ismail
Berpesta pora
Aku yang sendiri
Tetap menunggu
Penuh harap dan air mata
Direruntuhan ruang yang terbatas penuh debu
Tidurku, sendiriku
Menunggumu
Meraihku

Pekalongan, Nahdia 2015


Tafakur Alam
by. Nahdia el Lathief


Laki laki penggenggam Bunga
kedua tangan erat dihatinya
pasrah tafakur menerima
bagaimana hidup akan menggantinya
dari kelopak yang segar nan bertahta
menjadi layu dimakan usia

wahai engkau lelakiku penggengam bunga
sudah berapa lama engkau menunggu senja
berkisaran warna dan raut muka yang berbeda
datang wanita telanjang disetiap masa

memetik bungamu satu satu
lelakiku
seperti bola salju
yang bergulung gulung keluar dihatimu

terasa senyap sunyi menyayat
bau tak sedap busuk merasuk
kotoran cinta manusia binasa
meninggalkan nafsu  hasrat belaka

aku masih setia
menunggu Engkau lelaki memanggut masa
hingga tiba
tanami lagi benih baru dikalbuku
dengan ruang dan pengetahuan yang baru
untuk bisa menyiangi lebat rinduku
pada MU jauh dari mataku

Laki laki penggengam bunga
sudah lama
menunggu senja
lama lama
lumat aku dalam doa mu

(2015, tahajud prays )


No comments: