Rakyat membatik berkumpullah
By. Nahdia El Lathief
Puisi ini kuukir kuat dg hati ketika melihat engkau menari dihatiku
Terasa bergetar mencium bau malam sehari
Menorehkan lukisan bagai menegaskan hasrat dan cinta suci
Aku sudah jatuh sejak engkau bangun dan menggelar kain putih disisi tungku
Dari sanalah awal satu titik
Dari lintasan garis cakrawala kerinduan, yg hinggap disaat manusia sekarang tak tau bagaimana menuliskan keindahan
Kalian sudah
Beribu ribu warna hati dan keinginan
Zikir abadi
Dikumpulkan
karena MU
Sang pemahat dan pembatik cinta
Aku tau
Dibelahan bumi mana engkau sedang membangun negeri ini
Aku tau
Diruang mana engkau isi warna warna yg terang
Sebelum kau jemur di padang ilalang
Kau larutkan hatiku luruh bersama gema nafasmu
Harapan
Aku sudah memahami puisi batikmu
Dibelahan benua sana dengan memakainya
Bukankah begitu manusia sekarang tak lagi melihat tanganmu yg coklat
Manusia sekarang tak lagi memakai baju penuh warna keindahan
Mereka kembali menyukai kain putih juluran
Seolah hidup semuanya kosong
Tanpa zikir dan cinta
Dan kesabaranmu melukisku
By. Nahdia El Lathief
Puisi ini kuukir kuat dg hati ketika melihat engkau menari dihatiku
Terasa bergetar mencium bau malam sehari
Menorehkan lukisan bagai menegaskan hasrat dan cinta suci
Aku sudah jatuh sejak engkau bangun dan menggelar kain putih disisi tungku
Dari sanalah awal satu titik
Dari lintasan garis cakrawala kerinduan, yg hinggap disaat manusia sekarang tak tau bagaimana menuliskan keindahan
Kalian sudah
Beribu ribu warna hati dan keinginan
Zikir abadi
Dikumpulkan
karena MU
Sang pemahat dan pembatik cinta
Aku tau
Dibelahan bumi mana engkau sedang membangun negeri ini
Aku tau
Diruang mana engkau isi warna warna yg terang
Sebelum kau jemur di padang ilalang
Kau larutkan hatiku luruh bersama gema nafasmu
Harapan
Aku sudah memahami puisi batikmu
Dibelahan benua sana dengan memakainya
Bukankah begitu manusia sekarang tak lagi melihat tanganmu yg coklat
Manusia sekarang tak lagi memakai baju penuh warna keindahan
Mereka kembali menyukai kain putih juluran
Seolah hidup semuanya kosong
Tanpa zikir dan cinta
Dan kesabaranmu melukisku
No comments:
Post a Comment