Nahdia El Lathief
M a l a m
Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka
Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri
Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati
Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam
Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati
Negeri Para Badut
By. Nahdia El Lathief
Malu aku berjalan melintasi kabut hitam
Berjalan merayap gelap dan pelan
Mana kebenaran dan mana sekedar mainan
Disini para badut berkejaran
Pipi yang memerah bukan karena cubitan
Namun dibuat agar orang lain tertawa dan tak mengenali siapa kawan
Malu aku dilahirkan dinegeri para badut
Aku ingin hidup di negeri para pahlawan
Dahulu
Saat badut hanya tontonan
Bukan pemain sirkus di istana kerajaan
Badut
Aku badut
Kamu badut
Gendut gendut
Negeri para badut
Banyak orang korup
Negeri para badut
Banyak foto badut
Negeri para badut
Siapakah penontonnya?
Jejak Bulan di Trotoar Arcisstraße
By. Nahdia El Lathief
Matahari membuntutiku sejak pagi, dan meninggalkanku begitu pergi. Bulan purnama di Eropa
Sunyi sendiri
Angin dingin berhembus kencang sekali
saat kuberdiri disini. kadang butiran pasirnya tertahan di kaki,
lagi
Aku menunggumu begitu lama, kereta.
di pusaran keinginan dan harapan yg tak biasa
Seperti berjalan atau berlari
Diputari cahaya pelangi
Dimalam hari
Jejak bulan di kisaran trotoar Arcisstraße
Kutemani purnama pertama pukul delapan
Mengayuh waktu
Menyulam harapan, makna berjuang dan terbang
Seperti elang,
mataku masih tertahan
Di kota Jerman
Face Book
By. Nahdia al Lathief
Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Wajahmu separuh abad dari umurku
Namun sungguh aku mengagumimu tanpa fotomu
Tanpa kau tau
Hiruk pikuk dunia nyata
Statement cuma lembaran coretan dan sedikit mainan
Atau guyonan
Tidak bagiku
Yg hidup dalam cinta dan gelora
Tulisan mu adalah rujukanku
Menapaki dunia, memahami manusia
Aku merindukanmu,
Lelaki dan perempuan dalam bingkai idea
Aku melihatmu,
Wajahmu yg utuh bersukma
Aku mendengarmu,
Suara nafasmu yang bergema
Aku memahamimu
Bila kusentuh bibirmu dengan keras, engkau terluka
Maka,
Kusentuh engkau dengan hatiku
Kunyanyikan lagu cinta
Kuhayati engkau dengan tak tergesa gesa
Kutorehkan tanda
Hidup ini adalah jalinan kata kata
Dan pilihan memaknainya
Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Kangen
By. Nahdia El
Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,
Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama
Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku
M a l a m
Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka
Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri
Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati
Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam
Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati
Negeri Para Badut
By. Nahdia El Lathief
Malu aku berjalan melintasi kabut hitam
Berjalan merayap gelap dan pelan
Mana kebenaran dan mana sekedar mainan
Disini para badut berkejaran
Pipi yang memerah bukan karena cubitan
Namun dibuat agar orang lain tertawa dan tak mengenali siapa kawan
Malu aku dilahirkan dinegeri para badut
Aku ingin hidup di negeri para pahlawan
Dahulu
Saat badut hanya tontonan
Bukan pemain sirkus di istana kerajaan
Badut
Aku badut
Kamu badut
Gendut gendut
Negeri para badut
Banyak orang korup
Negeri para badut
Banyak foto badut
Negeri para badut
Siapakah penontonnya?
Jejak Bulan di Trotoar Arcisstraße
By. Nahdia El Lathief
Matahari membuntutiku sejak pagi, dan meninggalkanku begitu pergi. Bulan purnama di Eropa
Sunyi sendiri
Angin dingin berhembus kencang sekali
saat kuberdiri disini. kadang butiran pasirnya tertahan di kaki,
lagi
Aku menunggumu begitu lama, kereta.
di pusaran keinginan dan harapan yg tak biasa
Seperti berjalan atau berlari
Diputari cahaya pelangi
Dimalam hari
Jejak bulan di kisaran trotoar Arcisstraße
Kutemani purnama pertama pukul delapan
Mengayuh waktu
Menyulam harapan, makna berjuang dan terbang
Seperti elang,
mataku masih tertahan
Di kota Jerman
Face Book
By. Nahdia al Lathief
Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Wajahmu separuh abad dari umurku
Namun sungguh aku mengagumimu tanpa fotomu
Tanpa kau tau
Hiruk pikuk dunia nyata
Statement cuma lembaran coretan dan sedikit mainan
Atau guyonan
Tidak bagiku
Yg hidup dalam cinta dan gelora
Tulisan mu adalah rujukanku
Menapaki dunia, memahami manusia
Aku merindukanmu,
Lelaki dan perempuan dalam bingkai idea
Aku melihatmu,
Wajahmu yg utuh bersukma
Aku mendengarmu,
Suara nafasmu yang bergema
Aku memahamimu
Bila kusentuh bibirmu dengan keras, engkau terluka
Maka,
Kusentuh engkau dengan hatiku
Kunyanyikan lagu cinta
Kuhayati engkau dengan tak tergesa gesa
Kutorehkan tanda
Hidup ini adalah jalinan kata kata
Dan pilihan memaknainya
Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Kangen
By. Nahdia El
Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,
Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama
Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku
No comments:
Post a Comment