AKU BELUM MERDEKA



Aku ini belum merdeka,
Masih banyak kata kataku yang takut berbeda
Aku ini belum juga merdeka,
Karena ketika ada yg berbeda akupun takut dan marah padanya
Aku ini belum merdeka,
Jumlah followerku 8,6 K
Namun semuanya menyanjungku tiada tara
Tak ada satupun yg berani berbeda dari nyanyian dan titahku, bila berani menyela pendapatku
Maka yg lain berbondong bondong akan membulimu
Aku ini belum merdeka,
Karna Aku ini takut di kritik
bila aku berani bersuara nanti, presidenku tak akan mengangkatku jadi menteri, atau laris diundang di tipi tipi
Aku ini tidak merdeka,
Bila aku berbicara, bicaraku ini harus mengikuti siapa yg membayarku, atau siapa yg kucondongi
Aku ini tidak akan merdeka,
Kemerdekaanku hampir tidak ada di setiap pemilihan tiba
Aku ini belum merdeka,
Aku memilih siapa yg menguntungkan posisiku
Atau karirku, atau tujuanku
Aku ini belum merdeka,
Karena orang merdeka tidak akan pernah menghentikan daya kritisnya kepada penguasa
Dan orang yg selalu mengkritisi penguasa tak akan  hidup kaya atau menjadi penguasa
Aku belum merdeka,
Karena aku diam setelah aku diberi posisi
Karena aku berhenti mengkritisi
Aku ini belum merdeka
Untuk 71 tahun kemerdekaan negeriku
Aku belum merdeka,
Atau mendapatkan tujuan yg aku teriakkan ketika merdeka
Aku ini belum juga merdeka,
Orang merdeka tak pernah terpenjara
Dalam dirinya

KAKI YANG ENGGAN MENAPAK



Kmarin senja ketika kita membunuh bersama peradaban,
Yogya sebenarnya kota yg hendak mengumpulkan kalian menjadi pendeta
Suatu ketika aku menemukan kakimu yg melayang ke udara
Tak menyentuh tanah
Hidup ini masih enggan pergi
Bila disana nanti aku sendiri
Tak tersentuh oleh tanah, dan bisa mengitarimu leluasa
Adalah kemerdekaanku yg nyata
Membiarkan semuanya dicerna oleh pikiran
Aku masih membuat jarak dg bumi
Dan kendali yg tinggi
Aku tak mau hidup sekali kemudian bukan aku sendiri yg memilih tanah mana yg cocok buat kakiku berpijak
Jadi biar malam ini kukitari sekali lagi
Merenung di kegelapan
Mungkin saja ada yg melewati jalan yg sama disini
Dan aku kerasan atau tak mau pergi

----- yogyakarta, 5/08/16

LECTURED



we have a bunch of beetles
Our students come from seven quarters
I asked them about the meaning of knowledge
and they should ask me about life
No a job

Lecturer
in love my whole being streams forth
new of freedom, out of meaning confines of narrowness and self assertion
which make us existed
And life to be transform everyone whom it touches

I am a bunch of beetles
which has the same nest
In the worlds

THE LAMP



Dark of the room without lights
I crept like an animal at night
Feel lonely in the world without You
Then has been deserted like a lost conscience
One candle not enough changed lamp and you

Who are you?
Many girl turn down from the sky for you
Only got kissing and waiting
I fold my hands because of blessing
Teach you love and how much prices of life

God,
Till hero in the lamp
Return it into true of live
And we are know
Once faces with love
On the lamp
No doubt
No globe

I love breathe and life in this room without the lamp

SAJAK SENDIRI



Kamu itu elang yang menawan
Kamu itu kabut hitam yg mengitari desaku
Kamu itu malaikat pencabut nyawa yg membuatku rendah diri
Kamu juga pujangga yg membuat mantra
Kamu sebuah doa
Kamu itu laki laki

Kamu itu wajah yang tak pernah kujumpai
Kamu itu rahim yang dibuat tuhan
Kamu adalah syair syairku yg sendiri
Kamulah yang membuat dermaga dermaga tua mati tanpa kapal menepi
Kamu juga cahaya
Kamu goa
Kamu itu laki laki

Kamu
Hampiri
Aku
Berhenti bermimpi

LANGIT


Langit aku jatuh cinta
Namun Cinta tak jatuh dr langit
Langit birumu melangit
Angin membawamu menyusuri bahasa yg tersembunyi darinya
Namun wajahnya semakin menjauh
Menjauh
Berjarak
Ribuan mil lamanya

Langit
Sampaikan bila ada manusia sekecil aku merindukan Nya
Rindu pada bunyi dag dig dug dan  kaki melompat lompat seperti dahulu
Ketika birumu belum disapu hujan
Menjadi mendung yg menahun

Langitkah kamu
Yg menatapku sejak tadi
Seperti melindungi
Namun ketika kuhampiri
Langit itu hampa
Tak kutemui satu pola
Atau ruang ruang dimana batasmu berada

Langit sampaikan padanya
Aku masih memotretmu
Hingga kutemukan satu tanda
Engkau benar benar jatuh cinta

( the end of June 2016 )

SED


Non temen istae omnespartes 
simul inueniuntur, 
sed sed
quaendam inueniutur,
quendam non inueniutur, 
certe intentio aliquanda sola inuenitur, 
sicut in praeiudicialibus formulis, 
qualis est qua quaeritur aliquise libertis sit, 
uel audiodicato et condemnatio numquam solae inueniuntur, nihil enim omnino 
sine intentione uel condemnatione ualet, 
item condemnatio sine demonstratione uel condemnatione ualet. 
Item condemnatio sine 
Sed
abesse potesrt una aliaue.

SUDAH TIDAK LAGI MENYISAKAN TEMAN



Mungkin teman baik bukan teman lama
Temanmu hanya dalam nafas yang sama
Mengapa hidup menjadi seperti tidak bernyawa
Engkau sudah tidak menyisakan lagi sedikit saja cinta
Kau tinggalkan ikatan tali geladak kapal tua

Mungkin teman baik bila harus memuja
Meskipun bau busuk pengemis yang mati lama dijalanan kota
Aku harus mengatakan hal yang sama
Seperti paduan suara

Engkau sudah tidak lagi mengikatku dengan tali
ketika kudengar suara angin  berdesis menghantarkan wangi
Dan burung sriwiti mengantarku hingga disini
Melukis wajah takdir di eropa barat, atau timur sendiri
Hanya sendiri
Matamu pun enggan melihat darahku yg berceceran hari ini
Dan aku telah bertempur sendiri melawanmu tikaman belati

Orang orang yg dahulu senyumnya lembut bagaikan dirimu satu persatu mati
Dibawa maut selagi muda
Kini aku tua renta sendiri
usang dipojokan
Tak ada teman tak ada ketulusan

Mereka melihatku dengan mata sebelah
Meludahiku juga membakar wajahku

Aku hilang, lenyap bagaikan asap
Menyatu dengan langit, awan dan cahaya

Mungkin engkau sudah tak menyisakan lagi cinta
Teman baik cuma dalam jamuan
Bila nanti engkau tiba tepat diwaktunya
Sisakan aku satu saja harapan
Bila nanti pulau impian itu sudah kautemukan
Bawa aku menuju kesana
Hanya denganmu saja
sebelum nyawa berhenti diujung senja

( Roma akir Juni 2016 )

Maka


Maka ketika aku tau engkau seperti anak kecil yg takut akan jalan, aku tersenyum kepadamu. Karna engkau laksana kumpulan domba yang menunggu tuannya, sedangkan aku ini kuda putih yg berlari kencang yg tak bisa menunggumu yakin akan sesuatu.
Maka ketika aku menepuk bahumu, dan engkau baru mau berbicara tentang cinta, saat itu aku sudah menciptakan sepuluh ribu puisi dengan octav dan musiknya

Sampaikan saja pada langit kalau kaki ini masih kuat
Menjaga mu, hati yg meredam kisah siti nurbaya
Sampaikan saja pada bumi, mungkin ini yg disebut setia
Maka segeralah mengeja,
Aku ini manusia;
Tak perlu kau bawa pasukan laki laki
Untuk membuktikan
Aku manusia

Maka ketika tangaku lelah mengapit
Sejumput debu yang basah sehabis hujan
Lewati saja, mungkin jejak kakimu akan menempel kemudian
Dari daftar penghuni sorga yang mengantri doa
aku ini manusia;
Tak perlu tunjukkan  pasukan laki laki
Untuk membuatku takut memahami
Siapa manusia
Bila hidup memang digantung buat menunggu bahagia

(Monaco, 2016 by the train)

KOMPILASI PUISI KOPI



Tanganku yang halus di selang infus
Tidurpun tak berdaya kehilangan tenaga
Namun otakku terus bergema
Dua tulisan sudah kutuntaskan, dengan satu sajak ini : untukmu kawan
Sampai kapan perjuangan hidup harus ku kabarkan
Agar mereka mengejanya dg jelas
Tubuhku yg kecil tak berdaya
tak kan mematikan cinta
Padamu
tanah air beta

Hidupku sunyi dikelilingi kelambu
Bagai hewan piaraan disangkar MU
Asap mengepul ditrotoar kian menghempas tubuhku ditikungan jalan
Aku diatas kapal bocor
yang semua orang tak mau menyelam kedalam

Hingga tinggal aku sendiri
Duduk merenung  diatas awan putih
Terbang tinggi di ketinggian ego

Di bawah pusara
disentral langit
Aku hidup tidak untuk disalib
Bahkan  seperti mereka yg menyulut lilin
Aku merana
diciumi semesta


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa


Kaffee da
By Nahdia El

Den Kaffee, wenn ich will, zu kochen.
Wie schmeckt der Kaffee süße,
Lieblicher als tausend Küsse,
Milder als Muskatenwein.
Kaffee
muss ich haben,
Und wenn jemand mich will laben,
Ach, so schenkt mir Kaffee ein!
Wenn du mir nicht den Kaffee lässt,
So sollst du auf kein Hochzeitfest,
Auch nicht spazierengehn.

Ach ja! Nur lasset mir den Kaffee da!
Mein Schälchen Kaffee trinken darf,
Auch dieses; doch seid nur gebeten und lasset mir den kaffee stehn
In allem, nur den Kaffee nicht

Fajar Cinta

By. Nahdia Al Lathief

Selamat datang kehidupan
Setelah malam kita bercengkrama
Selamat datang sumber cinta
Setelah kita membungkus kerinduan tiada tara
Selamat datang kemerdekaan
Setelah lama dirantai putus asa
Selamat datang kedamaian
Setelah kita bermusuhan
Selamat datang Indonesia
Kopimu sudah tersedia
Selamat datang fajar pagi
raih tanganku ini
Selamat datang Engkau:
lupakan sejenak mimpi
Mari bekerja
Peluk saja hatiku bila engkau tak merasa bahagia

( menjemput harapan May 2016 )

( Nahdia AL, May  2016)




 H e a r t h s

Revivally, nama itu dulu ibu bayangkan sebelum engkau lahir
Sejak ibu baca buku whitehead di usia 6 tahun
Buku yg pertama eyang belikan di toko raja murah
Ibu bayangkan anakku the revival

Seperti dirimu kini tumbuh
Cinta dan semangat secara bersama
Tak kan kubiarkan tangan tangan kecilmu terluka
Atau hatimu merana krn wanita

Revivally
Kamu dewasa nak dan gagah
Anak ibu, bukan anak ayah

Bila suatu hari kau bertanya
Secinta apa ibu padamu
Engkau bisa menjadi anak ayah, bukan anak ibu

Happy birthday Haidar Revivally

All things in my live is love you
More than everything in the worlds

Dibatas Cahaya Laut

Laut itu pengetahuanmu
Luas dan bergelombang
Namun bila engkau memandang garisnya
Tepat di ujung matahari
Laut itu tidak lagi seram
Namun sunyi dan termaknai

Dibatas cahaya laut pernah kita berdiri
Engkau manusia manusia kecil memegang jeruji
Generasi jokowi
Tak kan lagi menengok kebelakang
Was was tubuhmu kan digoncang
Oleh gelombang laut peradaban

Dibatas cahaya laut aku bernyanyi
Nyanyian camar yg merdu sekali
Suaranya menggema di antero dunia
Melagukan puisi cinta
Tanpa tersemat luka lama
Atau kecurigaan tiada tara

( Nahdia El. 2016 )

KOMPILASI PUISI KOPI 2



Jangan fanatik, mengaku agamamu paling hits
Agama mu cuma nama,
Pro dan anti
Yang terlalu anti jokowi meleburlah buang pakean pakean kebesaranmu disini,
Yg pro jokowi mania, tidak mau ada cela sedikitpun ditubuhnya , sempurna bagai wali. turunlah ke bumi,
Sekali waktu dengarkan aku ini

Jika menghardik
jangan fanatik
Tidak baik

Mari kita merubah paradigma
Melihat Indonesia itu dg tidak memakai seragammu
Musuh kamu bukan kulit sawo matang

Musuh kita adalah kemiskinan


Puisi Kesedihan

By. Nahdia El

Seribu tahun aku tak lagi berpuisi
Kuputuskan turun dari semeru
Puncak pertapaan diam
Aku menyentuh kalian
Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan

Kalau kalian tetap memilih bodoh
Dengan berkata kata
Kalau kalian sudah tidak kupercaya
Maka besok akan kugotong mayat penyair

Penyair, sastrawan, seniman, budayawan
Mari berkumpul di dadaku
Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru
Bibirnya penuh asap kemenyan
Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan

Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan
Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan
Tidak kah engkau melihat :
Bumi yg hijau ini merana dipangkuan?

( Puisi buat kebangkitan 2016 )

Jubah

By Nahdia El Lathief

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku gusar jatuh cinta
Pada MU aku menghitung butiran karunia
Wajahmu tersenyum terbuka di ujungNya
Mengeluarkan cahaya
Menarik semua cinta
Duduk dan terluka

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku adalah titik yg terhubung
Pada MU aku masih terlindung
dibalik jubah
Hitam dan putih
Dendam dan perih
Mengarak rumbai rumbai kepada kelamin laki
Menggorok hingga disini
Tidur dan lunglai sendiri

Jubah
Kupakai sampai engkau tak melihatku lagi
Pakaian jubah adalah mustafa
Pakainnya berubah bentuk
Menjadi pakaian kemanusiaan biasa

Kalau sudah begini,
Eksistensiku hanyalah nyawa
Bibir yg tersenyum
Kecantikan yang tiada terkira


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu, sampai pagi
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa




KOMPILASI PUISI KOPI 4

Malam

Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka

Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati

Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati

Negeri Para Badut

By. Nahdia El Lathief

Malu aku berjalan melintasi kabut hitam
Berjalan merayap gelap dan pelan
Mana kebenaran dan mana sekedar mainan
Disini para badut berkejaran
Pipi yang memerah bukan karena cubitan
Namun dibuat agar orang lain tertawa dan tak mengenali siapa kawan

Malu aku dilahirkan dinegeri para badut
Aku ingin hidup di negeri para pahlawan
Dahulu
Saat badut hanya tontonan
Bukan pemain sirkus di istana kerajaan

Badut
Aku badut
Kamu badut
Gendut gendut

Negeri para badut
Banyak orang korup
Negeri para badut
Banyak foto badut
Negeri para badut
Siapakah penontonnya?

Jejak Bulan di Trotoar Arcisstraße

By. Nahdia El Lathief

Matahari membuntutiku sejak pagi, dan meninggalkanku begitu pergi. Bulan purnama di Eropa
Sunyi sendiri
Angin dingin berhembus kencang sekali
saat kuberdiri disini. kadang butiran  pasirnya tertahan di kaki,
lagi
Aku menunggumu begitu lama, kereta.
di pusaran keinginan dan harapan yg tak biasa
Seperti berjalan atau berlari
Diputari cahaya pelangi
Dimalam hari
Jejak bulan di kisaran trotoar Arcisstraße
Kutemani purnama pertama pukul delapan
Mengayuh waktu
Menyulam  harapan, makna berjuang dan terbang
Seperti elang,
mataku masih tertahan
Di kota Jerman


Face Book

By. Nahdia al Lathief

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Wajahmu separuh abad dari umurku
Namun sungguh aku mengagumimu tanpa fotomu
Tanpa kau tau
Hiruk pikuk dunia  nyata
Statement cuma lembaran coretan dan sedikit mainan
Atau guyonan
Tidak bagiku
Yg hidup dalam cinta dan gelora
Tulisan mu adalah rujukanku
Menapaki dunia, memahami manusia

Aku merindukanmu,
Lelaki dan perempuan dalam bingkai idea

Aku melihatmu,
Wajahmu yg utuh bersukma
Aku mendengarmu,
Suara nafasmu yang bergema
Aku memahamimu
Bila kusentuh bibirmu dengan keras, engkau terluka

Maka,
Kusentuh engkau dengan hatiku
Kunyanyikan lagu cinta
Kuhayati engkau dengan tak tergesa gesa
Kutorehkan tanda
Hidup ini adalah jalinan kata kata
Dan pilihan memaknainya

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup


Kangen

By. Nahdia El

Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,

Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama

Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku




POST ISSUES

Paskah 2025

✍️