Happy your Easter Holiday



When your eyes
 looks the sky
 my heart left on the aisle ways
 when the rain turn our lines
 you can see flowers grew up and looking the rails
                         
old and dark
could and crags
                         
The Easter day climb on the story
 I do not have a destiny
 I climb after rainy
and your face attached to easy
                                         
I climb of the wall because human was highly
the raise should be looking at the sky
the raise of straight in my eyes to up seem destiny
                           
on the destiny
or story
so not easy to understand
To little my foot
and stride the root

                 
( Cologne Germany, April 2014)


Tuhan Kepada Siapa Rakyatku Berlindung



Tuhan kepada siapa rakyatku berlindung
Di negeri yang tak memiliki cinta
Di negeri yang hilang rasa dan kemanusiaan
Di negeri yang dihargai murah nyawa manusia
Di negeri dimana lidah menari nari menipu akal dan nurani

Tuhan Kepada Siapa Rakyatku menuntut
Di rumah rumah hantu pemakan mayat
Di kepala kepala politisi berkorporasi
Di wajah wajah koruptor pemenggal kepala
Di istana istana yang melahirkan anak anak raja yang lalim
Di kamar kamar mesum yang melahirkan anak anak negeri

Tuhan Kepada siapa rakyatku menyimpan rasa takut
Takut suatu hari kelaparan bukan lagi ancaman
Takut suatu hari nyawa melayang karena menulis puisi
Takut suatu hari keadilan dan kebenaran tak musti disuarakan
Takut koruptor negeri ini menguasai nyawa kami

Tuhan
Tuhan
Tuhan

Kusebut engkau, karena tak ada lagi yang tersisa

Marah



Orang yg marah itu mengubah istiqomah
Marahlah kemudian ketika harga diri negaramu karam
Orang yg mencintai dia menundukkan marah dan dengki
Namun buat apa mencintai negeri kalau engkau marah marah setiap hari

Pecinta itu juga pemarah seperti kamu
Namun marahnya pada para pembenci

Marah
Adalah bagean paling rendah dari nafsu
Yg tidak dikelola
Namun bila engkau kelola dg baik
Dan jujur
Marahmu bisa mengguncang dunia
Menciptakan energi, kritis dan pemberani

Tapi,
Marah
Apabila kau ungkapkan dengan bahasa yg hina
Memaki maki
Ada bagean dari dirimu nanti yang akan terbuka
Sama hinanya ketika engkau menelanjangi diri

Bila kamu sedang marah,
Itu pertanda engkau sedang memperhatikan sesuatu
Yaitu Mencinta dg kebencian
Terus bagaimana
Cinta kok dg kebencian
Cinta itu jujur
Jujur itu cinta
Jadi bila engkau memilih cinta dari kejujuran
Engkau tak perlu ragu menjadi sedikit saja marahnya
Bukan membenci

Musthofa Bisri



Aku melihat lelaki yg dengan setia mencintai istri
Adalah engkau
Dan aku melihat wajah yg sangat sempurna dalam diam
Ketika ku merasa begitu sangat cemburu sebagai pencari makna
Engkau tak melihatnya guratan kepandaian yg bisa kau jual
Ataupun mengambil kesempatan buat kemahsyuran
Aku mengikutimu, mengikuti langkahmu guru
Kakek namun energinya akupun kalah
Bahkan dalam ilmu bathiniah
Akupun tak ada apa apa
Apalagi ilmu cinta dan kesetiaan

Ketika aku merasa bhwa ilmuku berguna
Aku malu membaca wajahmu
Ketika aku merasa paling suci
Aku malu meliha cahaya hatimu
Ketika aku merasa paling setia
Aku kalah bersaing denganmu

Mustofa Bisri
Engkau guru yg tak pernah kutemui
Sampai kini

PULANG



Memelukmu, dg hati penuh rindu
Disanalah negeriku, ingin kutitipkan cinta
Putih, tenang dan bersinar
Memandangmu dari jauh
Dari negeri yg membuatku merana
Aku ingin pulang segera
Dan menanammu benih
Di hatimu
Engkau  sudah kuzikiri setiap hari
Andai kau tau itu
Hidup berdiri disemua posisi
Dan arah mata angin
Itu tidak mudah
Tetap ada bumi yg rela dipijak
Namun,
Rinduku kadung bergelora
Suaramu tak surut
Memanggil manggil namaku
Bila kupeluk engkau nanti
Dipelabuhan antar zaman
Kucium engkau sebelum pagi
Sebelum rentetan kecemburuan tiba

November, 6 2016

SEBENARNYA



Sebenarnya aku dan kamu sama
Aku menari disisi kanan engkau mencaci disisi kiri
Engkau menyebut paling benar aku menyebutmu dungu bak kerbau
Aku berpikir sedikit mandiri kamu itikiwir kadung jatuh hati
Sebenarnya kamu dan aku sama sama bodohnya
Terperangkap emosi yg bergolak sendiri
Pertarungan semu
Pertarungan jemari
Diruang ruang semu

Sang maha kuasa membuat kita berseteru
Sang pemilik negeri suka kita bertarung
Saling memaki
Dan anehnya engkau mengikuti aliran darah yg terlanjur kau dewakan sendiri
Hidupmu bak kotak segi empat
Dan balok balok keberpihakan

Sebenarnya aku dan kamu ini sama goblognya
Melihat tulisan beranda orang bagean dari permusuhan
Bukannya membuka beranda orang karena mungkin saja
Dalam pikiran kerdil kita nan terbatas, mungkin ada pikiran kecil yg bisa menjadi pelajaran

Sebenarnya kita ini sudah tua
Kalau tidak siap bertarung kata kata
Dan mengambil kebijaksanaan
Mendingan kamu tutup ponselmu
Dan hiduplah dengan dunia nyata

Karena tempat ini
Mengajari kita
Tentang apa arti mendengarkan
Pikiran paling terkecil dari bisikan kalbumu
Berteman dg perbedaan
Dan semakin kuatnya persaingan

Ya Robbi sholli

Nasabun tahsibul ‘ulâ bihulâh
qalladathâ nujûmahal jawza-u
Habbadza iqdu sudadiw wa fakhari
Anta fihil yatimatul asmâu 
Ya Rabbi shalli ‘alâ Muhammad
Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa sallim
Ya Rabbi balligh-hul wasîlah
Ya Rabbi khush-shah bil fadhîlah
Ya Rabbi shalli ‘alâ Muhammad
Mâ lâha fil ufuqi nûru kawkab 
anta syamsun anta badrun Anta nurun fawqa nuri
Anta kasy-syamsi fi tanwiri qulubin nas 
anta kal badri fil taksyifi zhulamiz zamani 
anta fil anbiya-i ka nurun fawqa nuri 
Fahtazzal ‘arsyu tharaban was-tibsyâra 
Waz-dâdal kursiyyu haibatan 
wa waqâra wam-tala-atis samâwâtu anwârawa dhaj-jatil mala-ikatu tahlîlan wa tanjîdan was-tighfâra
Wa lam tazal ummuhû tarâ anwâ’an min fakhrihî wa fadhlihî ilâ nihâyati tamâmi hamlih 
Falammâsy-tadda bihâth-thalqu bi-idzni rabbil khalqi 

wadha’atil habîba shallallâhu ‘alaihi wa sallama sâjidan syâkiran hâmidan ka-annahul badru fî tamâmih

POST ISSUES

Paskah 2025

✍️