About Me

My photo
Munich, München, Germany
Logical Development in Indonesia, Original Ideas, Rules, Politics, Science and Landscapes Architectures Technology with Philosophy Approaches

Tuesday 8 August 2017

MUSTHOFA BISRI 2

Rinduku

( masih untuk Gus Mus )

By. Nahdia El Lathief

Rinduku duh Rinduku
Semakin pecah
Rinduku padamu
Rindu para penghisap darah
Rinduku duh rinduku
Rindu para penyamun
Perampok negerimu

Cintaku padamu duh sang maha pemilik Rindu
Rindu dan rinduku menundukkan amarah di kalbu

Engkau masih kudzikiri
Meski aku tak pernah KAU temui
Rinduku
Duh Guru
Rindu pertapa suci

Tak ada seorangpun yang bisa mengajari orang
kehilangan
Pada MU, sang wahid
Mata, hati dan tubuh mereka mati
Getaran haluspun tak bernadi
Benar benar mati
Benar benar mati
Benar benar mati
Guru
Bagaimana
Aku menghidupkan kembali?

BANGSA YG TERLUKA

Bangsa yg Luka

By Nahdia El

Tidak ada lagi sapaan lembut malaikat rahman
Pada facebooker dan pecinta sosmed
Atau mereka yg gelisah di jalan jalan para pendemo
Yang ada degup genderang perang
Yang ditabuh sang pecinta
Dua sisi

Kehilangan teman setiap hari
Kehilangan bangsa sendiri
Kehilangan senyum setiap hari
Mengisi amunisi tiada henti

Kehidupan ini begitu kering
Air mata dan kebencian begitu nyata
Orang orang semakin suka mengikat tangannya dengan tali
Terus mendorong temannya untuk berkelahi
Atau menggiring mereka kepinggir jurang

Sudah,
Sayup sayup aku dengar
Para tentara meninggalkan pasukannya
Dia sang raja tak lagi berdaya
Diam seribu basa disandera oleh kuasa

Dan
Gelombang pemilik modal
Atau alien yang berdatangan bak lebah
Yang tak memiliki hak buat mewakili nama bangsa ini
Masih disandingkan oleh puja dan puji citra
Bahkan rela lacurkan gadis perawanmu
Ditukar dengan kehormatanmu
Kedigdayaan melawan musuhmu

Oooh..... hidup bumiku pertiwi
Tinggal seujung jari
Sekarat
Dan mati

Kita melihat ada obatnya
Namun kita mengacuhkannya
Sepertinya melukai diri sendiri sudah menjadi pilihan negeri ini
Dibandingkan melepaskan mereka
Dengan new federalisme
Tapi bahagia dan harapan
Nyata

Lebih baik memilih mati dan terluka
Namun gema gema dan bendera NKRI harga mati diperebutkan kita tiada tara
Menjadi simbol yang tak terpahami

Hanya sihir
Dan idiom yang tak termaknai
Masih kau amini
kembali diikat bersama sama
Dengan kawat dan suara derap kaki pasukan bersenjata
Membabi buta
Menembaki bayi bayi yg tumbuh tiada dosa
Ritme nya seperti suara mesiu
Tapi kadang kadang seperti mantra

DIHATIKU, ADA

Di Hatiku, ada

By. Nahdia El Lathief

Tulisan itu lebih tajam dari suara yang dibunyikan
Mungkin itu, dalam setiap karyaku, tak pernah kutanam nama
Namun dalam setiap syairku,
Aku berubah menjadi serigala, kukencingi pulau pulau
Buat penanda;
Bahwa aku pernah kesana

Engkaupun akan menemukan sebatang dahan yang lapuk
Rayap dan ngengat sudah lama mengerat
Tidak cuman tikus selokan

Di hatiku ada
Semua yang kau mimpikan
Tinggal engkau memanggilnya

Jangan engkau berharap
Benteng yang kokoh berdiri ditengah
Kota, tiba tiba menghampiri kesatria
Yang ada, engkau yg mengetuk
Di hatiku, ada
Pintu
Kubuka

Kemudian, penyamun, penipu, pezina, perampok uang, penjilat, dan penjarah kata kata
Bersolek bak anak kecil yg tak lugu lagi
Dijarah kebencian
Karena ulah peranakan yg kehilangan percaya diri
Membabi buta
Mencolok mataku

Dihatiku, masih ada
Sebongkah kesabaran
Kesadaran
Siap melahirkan
Ribuan anak muda
Petarung
Bertanding
Tanpa menjarah
Kata kata
Yang lahir di dinding kehancuran sebuah bangsa

Beginilah Generasi Kita

BEGINILAH GENERASI KITA

Generasi kita gimana gak jadi pembully?
Orang tua aja kerjannya sudah membully anak sendiri,
tiap kali ujian tiba, anak sudah diplototi belajar,
pulang skolah yg ditanya nilaimu berapah..
ketimbang sudah sholat belum,
nilai turun sedikit banding bandingin dengan anak tetangga.

Generasi kita gimana gak akan berebut kekuasaan?
Baru masuk TK aja, anak sudah di ajarkan bagaimana berebut kursi paling depan
Generasi kita gimana mau diperhitungkan?
Setiap kali orang tua bangga dapetin sekolahan paporit meskipun penghasilan dan kemampuan membayar uang sekolah jauh lebih gede uang SPP sekolahnya,
Lebih bangga bisa ketrima di luar negeri padahal kualitas sekolah dan jurusannya lebih bagusan UGM ataupun UI,
Generasi kita gimana mau berkarakter?
Sepertinya kita ini merasa hebat jadi lulusan eropah ketimbang lulusan pesantren, hapal qur an?
Kita orang lebih suka foto background negeri eropah ketimbang background rumah tinggalnya yang deket sungai penuh dengan sampah sampah dan kumuh.

Generasi kita gimana gak suka pencitraan??
tiap hari selfi melulu,
dapetin uang puluhan juta dari ngevlog lebih menggairahkan ketimbang uang sedikit yg didapat dari nulis essay di media, generasi kita gimana gak males baca ?
Buku buku mujarobat aja lebih menarik dari buku buku filsafat?
gimana mereka tau bagaimana pemikiran jumud itu  bikin otak kita gak berkembang?
Sekalinya baca buku politik baru selembar, udah bisa nulis status seolah olah piawai menjaga dunia.

Generasi kita gimana mau bikin anak anak kita percaya diri?  jadi pemimpin aja para elitnya yang sudah berumur dipilih, bau tanah kuburan pun masih saja pingin diperpanjang? Generasi ini  gimana mau memegang estafet negara, bila setiap rezim suka skali lama berkuasa, meski tanpa menghasilkan apa apa, yg penting lama aja korupsinya...

Melihat Kedalaman Hati dg Seksama

Melihat kedalaman hati dg seksama

By. Nahdia El

Cermin itu memantul, sebagaimana wajahmu
Bila wajahmu cantik, luhur dan baik
Cermin tak menyembunyikannya
Bila wajahmu buruk dan pendengki
Cermin bisa menyembunyikannya dengan senyum tersungging
Namun hatimu, jiwamu, dan tuhanmu tidak

Kesombongan apakah yg bisa kita punguti
Dari hati yg bukan milik kita sendiri
Bila esok nanti kita mati
Tak ada pelayat yang datang
Atau sekedar anak mengajikan

Hidup yg sekejap, memandangi cinta dan harapan
Dari sebuah dunia yg gelap, bila engkau tak membuka
Kesempatan seorang ibu mengeluarkan bayi dari rahimnya yang suci

Mari kita gotong bersama mayat mayat tua yg sudah lapuk
Kita kuburkan saja
Tak perlu sedu, memandangnya bisa berkuasa
Kita berikan seluasnya
Kepada anak anak kita
Yg bersih
Laksana bayi bayi suci
Milik ibu pertiwi

MUSTHOFA BISRI 3

NUSANTARA TERBELAH

by. Nahdia El Lathief

Mbah kyai Ahmad Mustofa Bisri, tolong zikirkan kami
Mbah kyai tolong bawalah pemusik ini pergi
Mereka melagukan nyanyian permusuhan setiap hari
Mbah kyai tolong doakan kami
Anak pendosa dan yg tak mengerti berterimakasih ini
Mbah kyai lumpuhkan kami dari kesombongan usia
Sudah semakin tua
Namun hati tak bersukma

Guru,
Mengapa tak ada orang yg menuntunku
Mengajariku bagaimana memeluk musuh
Guru,
Aku tak mampu
Mengikutimu, mendengarkanmu namun setelah itu
Aku menikammu

Negeri ini sungguh telah terbelah
Warnanya pekat dan musuhnya tak sama
Warna gelap cahayanya gelap
Dan warna terang tapi tanpa cahaya
Padahal cahaya dan kegelapan bagean dari manusia

Mbah kyai tolonglah kami

And The Part of Wings

And part of my wings

Beloved brother Joaquin Dagnino

Even if you fall asleep when the people in the raid hit campane
You are rest more quietest than me
I put your leg and two feet on the hanger
Ready for punishment from God and sent me the most delicate message in my heart
From silence of
___ the Night

On the top of the sky where you are flying
With part of wings was broken
And it weighs missing the Languages
Which is not every creep
understand it

You 're disappear so quickly from my views
Thousands of mourners are stalking you
I bowed over your head
one thousand face and Parfum when one love produced
submission
Raise your voice,
Even though you are around people are rotating
defeat, drowning
____ Already

Now I do not want to talk about the truth
Any truth has long been abandoned
When
The deck is tethered
On an old woods
Times have Rotated age,
Anyone
Will be buffeted by doubts
Like the sea, the waves never anchored the ship
Truth, goodness is limited to the contested phrase
____ you guys

And my wings just the same
Broken these balance
For
Reading the horizon, dreams 's none

( Nahdia EL, 4/08/017 )

DAN SAYAPKU YANG SEBAGEAN

Dan sayapku sebagean

By Nahdia El

Walau engkau tertidur saat orang berame rame memukul kentongan
Tidurmu adalah istirahat yang paling sunyi untukku
Sengaja aku memasung dua kakiku ditiang gantungan
Siapatau Engkau mengirimkan pesan terakir yang paling halus dihatiku
Dari keheningan diammu yg mencekam
___ Malam 

Dipuncak langit dimana Kau terbangkan 
Dengan sayap yg patah sebagean
Dan beratnya atas rindu pada Bahasa 
Yang tak setiap melata memahaminya

Engkau yg menghilang begitu cepat
Ribuan pelayat menguntitmu
Aku tertunduk memunguti ingatan 
Wajah manismu, saat satu cinta menghasilkan ketertundukan
tegar suaramu, 
Meski disekelilingmu orang orang menggilir ludah
Mencaci kekalahan
____ Sudah

Kini aku tak mau bicarakan kebenaran
Kebenaran apapun  sudah lama ditinggalkan
Ketika
Geladak  ditambatkan
Pada sebuah kayu tua
Zaman sudah Menggilir usia, 
Siapapun
Akan diterpa oleh keraguan 
Seperti laut,  ombaknya tak pernah melabuhkan kapal
Kebenaran, kebaikan sebatas kalimat yg diperebutkan
____ kalian

Dan sayapku yg hanya tinggal sebagean 
Merusak keseimbanganku
Untuk
Membaca cakrawala

___ di Hatimu

Thursday 8 September 2016

AKU BELUM MERDEKA

AKU BELUM MERDEKA

by. Nahdia EL Lathief

Aku ini belum merdeka,
Masih banyak kata kataku yang takut berbeda
Aku ini belum juga merdeka,
Karena ketika ada yg berbeda akupun takut dan marah padanya
Aku ini belum merdeka,
Jumlah followerku 8,6 K
Namun semuanya menyanjungku tiada tara
Tak ada satupun yg berani berbeda dari nyanyian dan titahku, bila berani menyela pendapatku
Maka yg lain berbondong bondong akan membulimu
Aku ini belum merdeka,
Karna Aku ini takut di kritik
bila aku berani bersuara nanti, presidenku tak akan mengangkatku jadi menteri, atau laris diundang di tipi tipi
Aku ini tidak merdeka,
Bila aku berbicara, bicaraku ini harus mengikuti siapa yg membayarku, atau siapa yg kucondongi
Aku ini tidak akan merdeka,
Kemerdekaanku hampir tidak ada di setiap pemilihan tiba
Aku ini belum merdeka,
Aku memilih siapa yg menguntungkan posisiku
Atau karirku, atau tujuanku
Aku ini belum merdeka,
Karena orang merdeka tidak akan pernah menghentikan daya kritisnya kepada penguasa
Dan orang yg selalu mengkritisi penguasa tak akan  hidup kaya atau menjadi penguasa
Aku belum merdeka,
Karena aku diam setelah aku diberi posisi
Karena aku berhenti mengkritisi
Aku ini belum merdeka
Untuk 71 tahun kemerdekaan negeriku
Aku belum merdeka,
Atau mendapatkan tujuan yg aku teriakkan ketika merdeka
Aku ini belum juga merdeka,
Orang merdeka tak pernah terpenjara
Dalam dirinya

KAKI YANG ENGGAN MENAPAK

KAKI YG ENGGAN MENAPAK

Nahdia El Lathief

Kmarin senja ketika kita membunuh bersama peradaban,
Yogya sebenarnya kota yg hendak mengumpulkan kalian menjadi pendeta
Suatu ketika aku menemukan kakimu yg melayang ke udara
Tak menyentuh tanah
Hidup ini masih enggan pergi
Bila disana nanti aku sendiri
Tak tersentuh oleh tanah, dan bisa mengitarimu leluasa
Adalah kemerdekaanku yg nyata
Membiarkan semuanya dicerna oleh pikiran
Aku masih membuat jarak dg bumi
Dan kendali yg tinggi
Aku tak mau hidup sekali kemudian bukan aku sendiri yg memilih tanah mana yg cocok buat kakiku berpijak
Jadi biar malam ini kukitari sekali lagi
Merenung di kegelapan
Mungkin saja ada yg melewati jalan yg sama disini
Dan aku kerasan atau tak mau pergi

----- yogyakarta, 5/08/16

LECTURED



LECTURER

by Nahdia El

we have a bunch of beetles
Our students come from seven quarters
I asked them about the meaning of knowledge
and they should ask me about life
No a job

Lecturer
in love my whole being streams forth
new of freedom, out of meaning confines of narrowness and self assertion
which make us existed
And life to be transform everyone whom it touches

I am a bunch of beetles
which has the same nest
In the worlds

THE LAMP

The Lamp
( By. Nahdia El )

Dark of the room without lights
I crept like an animal at night
Feel lonely in the world without You
Then has been deserted like a lost conscience
One candle not enough changed lamp and you

Who are you?
Many girl turn down from the sky for you
Only got kissing and waiting
I fold my hands because of blessing
Teach you love and how much prices of life

God,
Till hero in the lamp
Return it into true of live
And we are know
Once faces with love
On the lamp
No doubt
No globe

I love breathe and life in this room without the lamp

Friday 22 July 2016

SAJAK SENDIRI

Sajak Sendiri

By. Nahdia El Lathief

Kamu itu elang yang menawan
Kamu itu kabut hitam yg mengitari desaku
Kamu itu malaikat pencabut nyawa yg membuatku rendah diri
Kamu juga pujangga yg membuat mantra
Kamu sebuah doa
Kamu itu laki laki

Kamu itu wajah yang tak pernah kujumpai
Kamu itu rahim yang dibuat tuhan
Kamu adalah syair syairku yg sendiri
Kamulah yang membuat dermaga dermaga tua mati tanpa kapal menepi
Kamu juga cahaya
Kamu goa
Kamu itu laki laki

Kamu
Hampiri
Aku
Berhenti bermimpi

Tuesday 28 June 2016

SED


Non temen istae omnespartes 
simul inueniuntur, 
sed sed
quaendam inueniutur,
quendam non inueniutur, 
certe intentio aliquanda sola inuenitur, 
sicut in praeiudicialibus formulis, 
qualis est qua quaeritur aliquise libertis sit, 
uel audiodicato et condemnatio numquam solae inueniuntur, nihil enim omnino 
sine intentione uel condemnatione ualet, 
item condemnatio sine demonstratione uel condemnatione ualet. 
Item condemnatio sine 
Sed
abesse potesrt una aliaue.

LANGIT

LANGIT
( Nahdia EL Lathief )

Langit aku jatuh cinta
Namun Cinta tak jatuh dr langit
Langit birumu melangit
Angin membawamu menyusuri bahasa yg tersembunyi darinya
Namun wajahnya semakin menjauh
Menjauh
Berjarak
Ribuan mil lamanya

Langit
Sampaikan bila ada manusia sekecil aku merindukan Nya
Rindu pada bunyi dag dig dug dan  kaki melompat lompat seperti dahulu
Ketika birumu belum disapu hujan
Menjadi mendung yg menahun

Langitkah kamu
Yg menatapku sejak tadi
Seperti melindungi
Namun ketika kuhampiri
Langit itu hampa
Tak kutemui satu pola
Atau ruang ruang dimana batasmu berada

Langit sampaikan padanya
Aku masih memotretmu
Hingga kutemukan satu tanda
Engkau benar benar jatuh cinta

( the end of June 2016 )

Thursday 2 June 2016

SUDAH TIDAK LAGI MENYISAKAN TEMAN

Sudah Tidak lagi Menyisakan teman

By. Nahdia El Lathief

Mungkin teman baik bukan teman lama
Temanmu hanya dalam nafas yang sama
Mengapa hidup menjadi seperti tidak bernyawa
Engkau sudah tidak menyisakan lagi sedikit saja cinta
Kau tinggalkan ikatan tali geladak kapal tua

Mungkin teman baik bila harus memuja
Meskipun bau busuk pengemis yang mati lama dijalanan kota
Aku harus mengatakan hal yang sama
Seperti paduan suara

Engkau sudah tidak lagi mengikatku dengan tali
ketika kudengar suara angin  berdesis menghantarkan wangi
Dan burung sriwiti mengantarku hingga disini
Melukis wajah takdir di eropa barat, atau timur sendiri
Hanya sendiri
Matamu pun enggan melihat darahku yg berceceran hari ini
Dan aku telah bertempur sendiri melawanmu tikaman belati

Orang orang yg dahulu senyumnya lembut bagaikan dirimu satu persatu mati
Dibawa maut selagi muda
Kini aku tua renta sendiri
usang dipojokan
Tak ada teman tak ada ketulusan

Mereka melihatku dengan mata sebelah
Meludahiku juga membakar wajahku

Aku hilang, lenyap bagaikan asap
Menyatu dengan langit, awan dan cahaya

Mungkin engkau sudah tak menyisakan lagi cinta
Teman baik cuma dalam jamuan
Bila nanti engkau tiba tepat diwaktunya
Sisakan aku satu saja harapan
Bila nanti pulau impian itu sudah kautemukan
Bawa aku menuju kesana
Hanya denganmu saja
sebelum nyawa berhenti diujung senja

( Roma akir Juni 2016 )

Sunday 15 May 2016

Maka

MAKA

By. Nahdia Al Lathief

Maka ketika aku tau engkau seperti anak kecil yg takut akan jalan, aku tersenyum kepadamu. Karna engkau laksana kumpulan domba yang menunggu tuannya, sedangkan aku ini kuda putih yg berlari kencang yg tak bisa menunggumu yakin akan sesuatu.
Maka ketika aku menepuk bahumu, dan engkau baru mau berbicara tentang cinta, saat itu aku sudah menciptakan sepuluh ribu puisi dengan octav dan musiknya

Sampaikan saja pada langit kalau kaki ini masih kuat
Menjaga mu, hati yg meredam kisah siti nurbaya
Sampaikan saja pada bumi, mungkin ini yg disebut setia
Maka segeralah mengeja,
Aku ini manusia;
Tak perlu kau bawa pasukan laki laki
Untuk membuktikan
Aku manusia

Maka ketika tangaku lelah mengapit
Sejumput debu yang basah sehabis hujan
Lewati saja, mungkin jejak kakimu akan menempel kemudian
Dari daftar penghuni sorga yang mengantri doa
aku ini manusia;
Tak perlu tunjukkan  pasukan laki laki
Untuk membuatku takut memahami
Siapa manusia
Bila hidup memang digantung buat menunggu bahagia

(Monaco, 2016 by the train)

Thursday 12 May 2016

KOMPILASI PUISI KOPI

Sajak Rumah Sakit

By. Nahdia EL

Tanganku yang halus di selang infus
Tidurpun tak berdaya kehilangan tenaga
Namun otakku terus bergema
Dua tulisan sudah kutuntaskan, dengan satu sajak ini : untukmu kawan
Sampai kapan perjuangan hidup harus ku kabarkan
Agar mereka mengejanya dg jelas
Tubuhku yg kecil tak berdaya
tak kan mematikan cinta
Padamu
tanah air beta

Hidupku sunyi dikelilingi kelambu
Bagai hewan piaraan disangkar MU
Asap mengepul ditrotoar kian menghempas tubuhku ditikungan jalan
Aku diatas kapal bocor
yang semua orang tak mau menyelam kedalam

Hingga tinggal aku sendiri
Duduk merenung  diatas awan putih
Terbang tinggi di ketinggian ego

Di bawah pusara
disentral langit
Aku hidup tidak untuk disalib
Bahkan  seperti mereka yg menyulut lilin
Aku merana
diciumi semesta


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa


Kaffee da
By Nahdia El

Den Kaffee, wenn ich will, zu kochen.
Wie schmeckt der Kaffee süße,
Lieblicher als tausend Küsse,
Milder als Muskatenwein.
Kaffee
muss ich haben,
Und wenn jemand mich will laben,
Ach, so schenkt mir Kaffee ein!
Wenn du mir nicht den Kaffee lässt,
So sollst du auf kein Hochzeitfest,
Auch nicht spazierengehn.

Ach ja! Nur lasset mir den Kaffee da!
Mein Schälchen Kaffee trinken darf,
Auch dieses; doch seid nur gebeten und lasset mir den kaffee stehn
In allem, nur den Kaffee nicht

Fajar Cinta

By. Nahdia Al Lathief

Selamat datang kehidupan
Setelah malam kita bercengkrama
Selamat datang sumber cinta
Setelah kita membungkus kerinduan tiada tara
Selamat datang kemerdekaan
Setelah lama dirantai putus asa
Selamat datang kedamaian
Setelah kita bermusuhan
Selamat datang Indonesia
Kopimu sudah tersedia
Selamat datang fajar pagi
raih tanganku ini
Selamat datang Engkau:
lupakan sejenak mimpi
Mari bekerja
Peluk saja hatiku bila engkau tak merasa bahagia

( menjemput harapan May 2016 )

( Nahdia AL, May  2016)




 H e a r t h s

Revivally, nama itu dulu ibu bayangkan sebelum engkau lahir
Sejak ibu baca buku whitehead di usia 6 tahun
Buku yg pertama eyang belikan di toko raja murah
Ibu bayangkan anakku the revival

Seperti dirimu kini tumbuh
Cinta dan semangat secara bersama
Tak kan kubiarkan tangan tangan kecilmu terluka
Atau hatimu merana krn wanita

Revivally
Kamu dewasa nak dan gagah
Anak ibu, bukan anak ayah

Bila suatu hari kau bertanya
Secinta apa ibu padamu
Engkau bisa menjadi anak ayah, bukan anak ibu

Happy birthday Haidar Revivally

All things in my live is love you
More than everything in the worlds

Dibatas Cahaya Laut

Laut itu pengetahuanmu
Luas dan bergelombang
Namun bila engkau memandang garisnya
Tepat di ujung matahari
Laut itu tidak lagi seram
Namun sunyi dan termaknai

Dibatas cahaya laut pernah kita berdiri
Engkau manusia manusia kecil memegang jeruji
Generasi jokowi
Tak kan lagi menengok kebelakang
Was was tubuhmu kan digoncang
Oleh gelombang laut peradaban

Dibatas cahaya laut aku bernyanyi
Nyanyian camar yg merdu sekali
Suaranya menggema di antero dunia
Melagukan puisi cinta
Tanpa tersemat luka lama
Atau kecurigaan tiada tara

( Nahdia El. 2016 )

Sunday 27 March 2016

KOMPILASI PUISI KOPI 2

INDONESIA

by. Nahdia El

Jangan fanatik, mengaku agamamu paling hits
Agama mu cuma nama,
Pro dan anti
Yang terlalu anti jokowi meleburlah buang pakean pakean kebesaranmu disini,
Yg pro jokowi mania, tidak mau ada cela sedikitpun ditubuhnya , sempurna bagai wali. turunlah ke bumi,
Sekali waktu dengarkan aku ini

Jika menghardik
jangan fanatik
Tidak baik

Mari kita merubah paradigma
Melihat Indonesia itu dg tidak memakai seragammu
Musuh kamu bukan kulit sawo matang

Musuh kita adalah kemiskinan


Puisi Kesedihan

By. Nahdia El

Seribu tahun aku tak lagi berpuisi
Kuputuskan turun dari semeru
Puncak pertapaan diam
Aku menyentuh kalian
Karena kalian sudah tidak mampu menjaga kemerdekaan

Kalau kalian tetap memilih bodoh
Dengan berkata kata
Kalau kalian sudah tidak kupercaya
Maka besok akan kugotong mayat penyair

Penyair, sastrawan, seniman, budayawan
Mari berkumpul di dadaku
Politisi, rakyat, pejabat sudah berseteru
Bibirnya penuh asap kemenyan
Anak anaknya bernafas dengan bau amis ikan

Seribu tahun sudah kuhentikan bahasa rayuan
Namun kalian melahirkan bahasa baru untuk mengabdi syaitan
Tidak kah engkau melihat :
Bumi yg hijau ini merana dipangkuan?

( Puisi buat kebangkitan 2016 )

Jubah

By Nahdia El Lathief

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku gusar jatuh cinta
Pada MU aku menghitung butiran karunia
Wajahmu tersenyum terbuka di ujungNya
Mengeluarkan cahaya
Menarik semua cinta
Duduk dan terluka

Ketika aku belum mengenal MU
Ketika aku adalah titik yg terhubung
Pada MU aku masih terlindung
dibalik jubah
Hitam dan putih
Dendam dan perih
Mengarak rumbai rumbai kepada kelamin laki
Menggorok hingga disini
Tidur dan lunglai sendiri

Jubah
Kupakai sampai engkau tak melihatku lagi
Pakaian jubah adalah mustafa
Pakainnya berubah bentuk
Menjadi pakaian kemanusiaan biasa

Kalau sudah begini,
Eksistensiku hanyalah nyawa
Bibir yg tersenyum
Kecantikan yang tiada terkira


AYAH SAJAKKU TERINDAH

Nahdia El Lathief

Ayah
Mari kutemani dirimu sampai kau lelah
Biar kutaruh kepalaku ini sebagai ganjal tidurmu yang panjang, Agar engkau tak merasa dingin  tidur ditanah
Kupanggil panggil orang yang sudah lama mati disana
Agar menemanimu, dan tak merasakan lama hingga aku menyusulmu nanti

Ayah
Engkau sajakku yang paling indah
Kutau lelaki paling setia hanya dirimu
Kutau ayah sempurna dari dirimu
Kusadar engkau bertahan sekian lama hanya untuk menjadi perisaiku, dari kelelawar hitam yg menikam hatiku

Membayangkan wajahmu, bintang bintang terang membuntuti
Mengikuti harummu, sampai pagi
Tak sulit untuk mengenali baumu yang wangi
Tak sulit untuk NYA mengambilmu tanpa jejak kaki

Yang aku tau engkau lelaki sholeh
Dari mulutmu tak pernah kutemui kalimat benci
Semuanya baik, semuanya mudah dimengerti
Engkau sudah membuat anak anakmu jatuh hati

Ayah
Engkaulah sajakku terindah
Sejak bertarung dengan kekuatan takdir
Engkau sudah ber uzlah
Meninggalkan kotornya jiwa jiwa penuh keinginan

Aku terpisah ayah, yatim dan merana
Aku terpisah dibelahan ruang dan dunia
Terguncang hebat dikoyak duka
Terhempas
Terkelupas

Ayah
Aku ini tak berguna
Hadiah lama yg ingin kupersembahkan untukmu
Belum juga engkau melihat hasilnya
Ketika kubisikkan ditelingamu terakir kita berjumpa
Tunggu hasti Ayah, sampai hasti wisuda
Menjadi perempuan kecil Ayah sarjana terbaik di Eropa




KOMPILASI PUISI KOPI 4

Nahdia El Lathief

M a l a m

Sebentar lagi aku pulang
Mari kutemani diam
Engkau yg terbaring dan tak berdaya
Gelap dan duka

Malam
Matamu saja yang tajam
Dan menjaga seisi alam ini
Sendiri sendiri

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga seisi dunia ini
Dg hati

Malam
Sebentar lagi kudatang
Mari kutemani diam
Menjaga rumah ini
Sepanjang malam

Malam
Sebentar lagi kupulang
Mari kutemani diam
Menjaga hati ini
Sampai kumati

Negeri Para Badut

By. Nahdia El Lathief

Malu aku berjalan melintasi kabut hitam
Berjalan merayap gelap dan pelan
Mana kebenaran dan mana sekedar mainan
Disini para badut berkejaran
Pipi yang memerah bukan karena cubitan
Namun dibuat agar orang lain tertawa dan tak mengenali siapa kawan

Malu aku dilahirkan dinegeri para badut
Aku ingin hidup di negeri para pahlawan
Dahulu
Saat badut hanya tontonan
Bukan pemain sirkus di istana kerajaan

Badut
Aku badut
Kamu badut
Gendut gendut

Negeri para badut
Banyak orang korup
Negeri para badut
Banyak foto badut
Negeri para badut
Siapakah penontonnya?

Jejak Bulan di Trotoar Arcisstraße

By. Nahdia El Lathief

Matahari membuntutiku sejak pagi, dan meninggalkanku begitu pergi. Bulan purnama di Eropa
Sunyi sendiri
Angin dingin berhembus kencang sekali
saat kuberdiri disini. kadang butiran  pasirnya tertahan di kaki,
lagi
Aku menunggumu begitu lama, kereta.
di pusaran keinginan dan harapan yg tak biasa
Seperti berjalan atau berlari
Diputari cahaya pelangi
Dimalam hari
Jejak bulan di kisaran trotoar Arcisstraße
Kutemani purnama pertama pukul delapan
Mengayuh waktu
Menyulam  harapan, makna berjuang dan terbang
Seperti elang,
mataku masih tertahan
Di kota Jerman


Face Book

By. Nahdia al Lathief

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup
Wajahmu separuh abad dari umurku
Namun sungguh aku mengagumimu tanpa fotomu
Tanpa kau tau
Hiruk pikuk dunia  nyata
Statement cuma lembaran coretan dan sedikit mainan
Atau guyonan
Tidak bagiku
Yg hidup dalam cinta dan gelora
Tulisan mu adalah rujukanku
Menapaki dunia, memahami manusia

Aku merindukanmu,
Lelaki dan perempuan dalam bingkai idea

Aku melihatmu,
Wajahmu yg utuh bersukma
Aku mendengarmu,
Suara nafasmu yang bergema
Aku memahamimu
Bila kusentuh bibirmu dengan keras, engkau terluka

Maka,
Kusentuh engkau dengan hatiku
Kunyanyikan lagu cinta
Kuhayati engkau dengan tak tergesa gesa
Kutorehkan tanda
Hidup ini adalah jalinan kata kata
Dan pilihan memaknainya

Puisikan namaku engkau lelaki dalam bingkai hidup


Kangen

By. Nahdia El

Sudah lama rumah ini kutinggalkan hingga engkau berlumutkan salju
Tak kukenali lagi wajahmu
Hingga kusapa
Masihkah kau mengingatku?
Memegang tanganku
Dan menunjukkan sebuah jalan dimana lintasannya?
Sudah lama aku berzikir untukmu
Mengagumi kelucuanmu
Bukankah engkau yg membuatku tertawa
Atau menahan sedih karena malu yg terlalu lama
Wajahmu,
Adalah kotak kotak pazel kehidupan
Ketika kutemukan satu tanda
Rantaian ujian yang kau sematkan hanyalah sedikit saja gambaran kompleks nya manusia
Seperti diriku,

Rindu
Aku menunggumu
Mengambilku
Melihat kekasihmu aku cemburu
Namun bukankah kekasihmu adalah kekasihku juga?
Laki laki yang hanya bisa kudengar melalui cerita
Penyempurna agama

Sudah lama rumah ini kutinggalkan
Hingga aku berlumurkan dosa
Mengingatmu tiada tara
Pagi pagi tiba
Aku bersolek agar engkau melihatku
Dan turun kebumi mencintaiku