About Me

My photo
Munich, München, Germany
Logical Development in Indonesia, Original Ideas, Rules, Politics, Science and Landscapes Architectures Technology with Philosophy Approaches

Tuesday 8 August 2017

Rakyat membatik berkumpullah

Rakyat membatik berkumpullah

By. Nahdia El Lathief



Puisi ini kuukir kuat dg hati ketika melihat engkau menari dihatiku
Terasa bergetar mencium bau malam sehari
Menorehkan lukisan bagai menegaskan hasrat dan cinta suci
Aku sudah jatuh sejak engkau bangun  dan menggelar kain putih disisi tungku
Dari sanalah awal satu titik
Dari lintasan garis cakrawala kerinduan, yg hinggap disaat manusia sekarang tak tau bagaimana menuliskan keindahan
Kalian sudah
Beribu ribu warna hati dan keinginan
Zikir abadi
Dikumpulkan
karena MU
Sang pemahat dan pembatik cinta

Aku tau
Dibelahan bumi mana engkau sedang membangun negeri ini
Aku tau
Diruang mana engkau isi warna warna yg terang
Sebelum kau jemur di padang ilalang
Kau larutkan hatiku luruh bersama gema nafasmu
Harapan

Aku sudah memahami puisi batikmu
Dibelahan benua sana dengan memakainya
Bukankah begitu manusia sekarang tak lagi melihat tanganmu yg coklat
Manusia sekarang tak lagi memakai baju penuh warna keindahan
Mereka kembali menyukai kain putih juluran
Seolah hidup semuanya kosong
Tanpa zikir dan cinta
Dan kesabaranmu melukisku

Puisiku Masih Buat Engkau

Puisiku masih buat engkau

By. Nahdia El

Aku tau engkau sedang terluka
Lelakiku diujung senja
Meski kau tak pernah sadari dimalam dan siang hari
Aku menciptakan puisi
Lukisan indah yg kusembunyikan dari sini
Bagai masterpiece karya architecture ku yang tak terjual
Oleh murahnya harga kelamin saat ini
Mari kesini, kukecup lukamu barusan
Engkau terlalu jauh berlari menjauhiku
Mendekati yang lebih mempesona dari cinta
Aku masih diam membisu
Tak beranjak dari tempatku duduk dulu
Bangku tua dekat jembatan dibatas kota
Engkau genggam tanganku
Dan berbicara
Batas kota dan peradaban akan memisahkan kita
Untuk waktu yg sangat lama
Dan aku mengangguk
Berjanji tak akan menghitungnya

DOA UNTUK NU

DOA UNTUK NU, DOA BUAT BANGSA

Nahdia El Lathief

Ya Allah, hentikanlah kalau engkau bisa menghentikan
Carut marut negeriku ini
Manusia berduyun duyun membawa bara api
Membakar rumahnya sendiri
Ya Allah, turunkanlah udara sedingin salju di eropa
Tuk memulihkan udara yang panas di dalam kota
Anak anak beramai ramai mencaci ibunya
Betapa sedihnya negeriku penuh luka

Ya Allah, aku tak butuh ulang tahun kalau begini
Bila umurku yg tua, 91 tahun. Namun jiwaku masih kerdil
Aku malu dg usiaku tanpa busana

Ya Allah, mengapa bangsaku menjadi beringas
Baru kulihat di jamanku, orang bekelahi tak dilerai
Namun dipinjami pisau
Terus bagaimana dengan jaman anakku nanti ?
Baru kulihat di jamanku, orang suka melihat saudaranya teluka, tidak kau obati
Namun kau tambai air cuka sambil tertawa
Terus bagaimana dengan jaman anakku nanti ?

PUISI UNTUK ANIS DAN AHOK

PUISI UNTUK ANIS DAN AHOK

by. Nahdia El Lathief

Kita yang kehilangan seteru abadi dikaki bukit ini, mungkin wajah itu sudah dibuang habis dipadang musim
Hanya aku yang mengibarkan pertarungan batin
Bukan umbul umbul perkawinan
Sejak lama manusia desa berubah rubah menanam rumput di ladang
Kadang onak dibakar abis hingga menghitam
Kadang dibiarkan gatal dimakan serangga penghisap darah
Namun aku masih saja melihat kalian penuh cinta
Tanpa ku korek masa silam hanya untuk menuai suara
Pada umumnya tak ada satupun manusia yg tak punya cela
Kalau itu kau untit dan kau cari cari celahnya

Aku suka menempatkan diriku sebagai orang tua
Bukan gadis remaja yang sedang jatuh cinta
Sebagai orang tua tentu tak akan berkata anakku anis lebih hebat dari ahok
Namun pasti aku akan mengatakan pada kalian ayo ahok berprestasilah jangan mau kalah dengan anis
Begitulah aku akan selalu menjadi orang tua, ketika musim semi tiba

Kita yang kehilangan seteru sejati dari dahulu kala
Tak sadar beribu ribu tahun beternak ulat dan tambah menggila
Ulat partai yg gemuk dan berliur
Seperti menggembalakan banteng liar dipadang savana
Rumputpun habis karena terlalu banyak dan beranak pinak, tak cukup sudah kandangnya, terlalu sempit
Kalau pun harus membuat kandang binatang ternak yang lebih besar lagi, aku butuh rumahmu
Rumah tetanggaku
Rumah rumah tuhanmu
masjid dan gereja

Bahkan buat menabung suara tahun 2018
Ridwan kamilpun ikut membuat kandang cepat cepat
Karna memang
Beternak binatang piaraan seperti kuda, banteng dan babi
Memang memabukkan
Apalagi bisa buat tunggangan
Meski harus membuat satu kandang lagi
Tak cukup sudah satu pilihan, harus lebih besar lagi
Engkau butuh rumahku
Rumah tetanggaku
Rumah anak yatim
Rumah rumah Tuhanku
Masjid dan gereja

Puisi ini untuk kalian
Yang gamang memilih seteru
Seterumu bukan anis apalagi ahok
Seterumu adalah dirimu sendiri

SANG PECINTA 2

Nahdia Arts

Sang Pecinta

Kalau engkau menolakku kekasihku,
Kemana akan kubawa rindu
Jika engkau memalingkan muka
Kemana akan kudapatkan Pengetahuan tentangNya
Bila engkau tak merengkuh kegelisahanku,
Dimanakah kan kusembunyikan detak jantungku
Dibawah cahayaMU
Aku
Membawa harapan
Untuk pecinta

MUSTHOFA BISRI 2

Rinduku

( masih untuk Gus Mus )

By. Nahdia El Lathief

Rinduku duh Rinduku
Semakin pecah
Rinduku padamu
Rindu para penghisap darah
Rinduku duh rinduku
Rindu para penyamun
Perampok negerimu

Cintaku padamu duh sang maha pemilik Rindu
Rindu dan rinduku menundukkan amarah di kalbu

Engkau masih kudzikiri
Meski aku tak pernah KAU temui
Rinduku
Duh Guru
Rindu pertapa suci

Tak ada seorangpun yang bisa mengajari orang
kehilangan
Pada MU, sang wahid
Mata, hati dan tubuh mereka mati
Getaran haluspun tak bernadi
Benar benar mati
Benar benar mati
Benar benar mati
Guru
Bagaimana
Aku menghidupkan kembali?

BANGSA YG TERLUKA

Bangsa yg Luka

By Nahdia El

Tidak ada lagi sapaan lembut malaikat rahman
Pada facebooker dan pecinta sosmed
Atau mereka yg gelisah di jalan jalan para pendemo
Yang ada degup genderang perang
Yang ditabuh sang pecinta
Dua sisi

Kehilangan teman setiap hari
Kehilangan bangsa sendiri
Kehilangan senyum setiap hari
Mengisi amunisi tiada henti

Kehidupan ini begitu kering
Air mata dan kebencian begitu nyata
Orang orang semakin suka mengikat tangannya dengan tali
Terus mendorong temannya untuk berkelahi
Atau menggiring mereka kepinggir jurang

Sudah,
Sayup sayup aku dengar
Para tentara meninggalkan pasukannya
Dia sang raja tak lagi berdaya
Diam seribu basa disandera oleh kuasa

Dan
Gelombang pemilik modal
Atau alien yang berdatangan bak lebah
Yang tak memiliki hak buat mewakili nama bangsa ini
Masih disandingkan oleh puja dan puji citra
Bahkan rela lacurkan gadis perawanmu
Ditukar dengan kehormatanmu
Kedigdayaan melawan musuhmu

Oooh..... hidup bumiku pertiwi
Tinggal seujung jari
Sekarat
Dan mati

Kita melihat ada obatnya
Namun kita mengacuhkannya
Sepertinya melukai diri sendiri sudah menjadi pilihan negeri ini
Dibandingkan melepaskan mereka
Dengan new federalisme
Tapi bahagia dan harapan
Nyata

Lebih baik memilih mati dan terluka
Namun gema gema dan bendera NKRI harga mati diperebutkan kita tiada tara
Menjadi simbol yang tak terpahami

Hanya sihir
Dan idiom yang tak termaknai
Masih kau amini
kembali diikat bersama sama
Dengan kawat dan suara derap kaki pasukan bersenjata
Membabi buta
Menembaki bayi bayi yg tumbuh tiada dosa
Ritme nya seperti suara mesiu
Tapi kadang kadang seperti mantra

DIHATIKU, ADA

Di Hatiku, ada

By. Nahdia El Lathief

Tulisan itu lebih tajam dari suara yang dibunyikan
Mungkin itu, dalam setiap karyaku, tak pernah kutanam nama
Namun dalam setiap syairku,
Aku berubah menjadi serigala, kukencingi pulau pulau
Buat penanda;
Bahwa aku pernah kesana

Engkaupun akan menemukan sebatang dahan yang lapuk
Rayap dan ngengat sudah lama mengerat
Tidak cuman tikus selokan

Di hatiku ada
Semua yang kau mimpikan
Tinggal engkau memanggilnya

Jangan engkau berharap
Benteng yang kokoh berdiri ditengah
Kota, tiba tiba menghampiri kesatria
Yang ada, engkau yg mengetuk
Di hatiku, ada
Pintu
Kubuka

Kemudian, penyamun, penipu, pezina, perampok uang, penjilat, dan penjarah kata kata
Bersolek bak anak kecil yg tak lugu lagi
Dijarah kebencian
Karena ulah peranakan yg kehilangan percaya diri
Membabi buta
Mencolok mataku

Dihatiku, masih ada
Sebongkah kesabaran
Kesadaran
Siap melahirkan
Ribuan anak muda
Petarung
Bertanding
Tanpa menjarah
Kata kata
Yang lahir di dinding kehancuran sebuah bangsa

Beginilah Generasi Kita

BEGINILAH GENERASI KITA

Generasi kita gimana gak jadi pembully?
Orang tua aja kerjannya sudah membully anak sendiri,
tiap kali ujian tiba, anak sudah diplototi belajar,
pulang skolah yg ditanya nilaimu berapah..
ketimbang sudah sholat belum,
nilai turun sedikit banding bandingin dengan anak tetangga.

Generasi kita gimana gak akan berebut kekuasaan?
Baru masuk TK aja, anak sudah di ajarkan bagaimana berebut kursi paling depan
Generasi kita gimana mau diperhitungkan?
Setiap kali orang tua bangga dapetin sekolahan paporit meskipun penghasilan dan kemampuan membayar uang sekolah jauh lebih gede uang SPP sekolahnya,
Lebih bangga bisa ketrima di luar negeri padahal kualitas sekolah dan jurusannya lebih bagusan UGM ataupun UI,
Generasi kita gimana mau berkarakter?
Sepertinya kita ini merasa hebat jadi lulusan eropah ketimbang lulusan pesantren, hapal qur an?
Kita orang lebih suka foto background negeri eropah ketimbang background rumah tinggalnya yang deket sungai penuh dengan sampah sampah dan kumuh.

Generasi kita gimana gak suka pencitraan??
tiap hari selfi melulu,
dapetin uang puluhan juta dari ngevlog lebih menggairahkan ketimbang uang sedikit yg didapat dari nulis essay di media, generasi kita gimana gak males baca ?
Buku buku mujarobat aja lebih menarik dari buku buku filsafat?
gimana mereka tau bagaimana pemikiran jumud itu  bikin otak kita gak berkembang?
Sekalinya baca buku politik baru selembar, udah bisa nulis status seolah olah piawai menjaga dunia.

Generasi kita gimana mau bikin anak anak kita percaya diri?  jadi pemimpin aja para elitnya yang sudah berumur dipilih, bau tanah kuburan pun masih saja pingin diperpanjang? Generasi ini  gimana mau memegang estafet negara, bila setiap rezim suka skali lama berkuasa, meski tanpa menghasilkan apa apa, yg penting lama aja korupsinya...

Melihat Kedalaman Hati dg Seksama

Melihat kedalaman hati dg seksama

By. Nahdia El

Cermin itu memantul, sebagaimana wajahmu
Bila wajahmu cantik, luhur dan baik
Cermin tak menyembunyikannya
Bila wajahmu buruk dan pendengki
Cermin bisa menyembunyikannya dengan senyum tersungging
Namun hatimu, jiwamu, dan tuhanmu tidak

Kesombongan apakah yg bisa kita punguti
Dari hati yg bukan milik kita sendiri
Bila esok nanti kita mati
Tak ada pelayat yang datang
Atau sekedar anak mengajikan

Hidup yg sekejap, memandangi cinta dan harapan
Dari sebuah dunia yg gelap, bila engkau tak membuka
Kesempatan seorang ibu mengeluarkan bayi dari rahimnya yang suci

Mari kita gotong bersama mayat mayat tua yg sudah lapuk
Kita kuburkan saja
Tak perlu sedu, memandangnya bisa berkuasa
Kita berikan seluasnya
Kepada anak anak kita
Yg bersih
Laksana bayi bayi suci
Milik ibu pertiwi

MUSTHOFA BISRI 3

NUSANTARA TERBELAH

by. Nahdia El Lathief

Mbah kyai Ahmad Mustofa Bisri, tolong zikirkan kami
Mbah kyai tolong bawalah pemusik ini pergi
Mereka melagukan nyanyian permusuhan setiap hari
Mbah kyai tolong doakan kami
Anak pendosa dan yg tak mengerti berterimakasih ini
Mbah kyai lumpuhkan kami dari kesombongan usia
Sudah semakin tua
Namun hati tak bersukma

Guru,
Mengapa tak ada orang yg menuntunku
Mengajariku bagaimana memeluk musuh
Guru,
Aku tak mampu
Mengikutimu, mendengarkanmu namun setelah itu
Aku menikammu

Negeri ini sungguh telah terbelah
Warnanya pekat dan musuhnya tak sama
Warna gelap cahayanya gelap
Dan warna terang tapi tanpa cahaya
Padahal cahaya dan kegelapan bagean dari manusia

Mbah kyai tolonglah kami

And The Part of Wings

And part of my wings

Beloved brother Joaquin Dagnino

Even if you fall asleep when the people in the raid hit campane
You are rest more quietest than me
I put your leg and two feet on the hanger
Ready for punishment from God and sent me the most delicate message in my heart
From silence of
___ the Night

On the top of the sky where you are flying
With part of wings was broken
And it weighs missing the Languages
Which is not every creep
understand it

You 're disappear so quickly from my views
Thousands of mourners are stalking you
I bowed over your head
one thousand face and Parfum when one love produced
submission
Raise your voice,
Even though you are around people are rotating
defeat, drowning
____ Already

Now I do not want to talk about the truth
Any truth has long been abandoned
When
The deck is tethered
On an old woods
Times have Rotated age,
Anyone
Will be buffeted by doubts
Like the sea, the waves never anchored the ship
Truth, goodness is limited to the contested phrase
____ you guys

And my wings just the same
Broken these balance
For
Reading the horizon, dreams 's none

( Nahdia EL, 4/08/017 )

DAN SAYAPKU YANG SEBAGEAN

Dan sayapku sebagean

By Nahdia El

Walau engkau tertidur saat orang berame rame memukul kentongan
Tidurmu adalah istirahat yang paling sunyi untukku
Sengaja aku memasung dua kakiku ditiang gantungan
Siapatau Engkau mengirimkan pesan terakir yang paling halus dihatiku
Dari keheningan diammu yg mencekam
___ Malam 

Dipuncak langit dimana Kau terbangkan 
Dengan sayap yg patah sebagean
Dan beratnya atas rindu pada Bahasa 
Yang tak setiap melata memahaminya

Engkau yg menghilang begitu cepat
Ribuan pelayat menguntitmu
Aku tertunduk memunguti ingatan 
Wajah manismu, saat satu cinta menghasilkan ketertundukan
tegar suaramu, 
Meski disekelilingmu orang orang menggilir ludah
Mencaci kekalahan
____ Sudah

Kini aku tak mau bicarakan kebenaran
Kebenaran apapun  sudah lama ditinggalkan
Ketika
Geladak  ditambatkan
Pada sebuah kayu tua
Zaman sudah Menggilir usia, 
Siapapun
Akan diterpa oleh keraguan 
Seperti laut,  ombaknya tak pernah melabuhkan kapal
Kebenaran, kebaikan sebatas kalimat yg diperebutkan
____ kalian

Dan sayapku yg hanya tinggal sebagean 
Merusak keseimbanganku
Untuk
Membaca cakrawala

___ di Hatimu

Thursday 8 September 2016

AKU BELUM MERDEKA

AKU BELUM MERDEKA

by. Nahdia EL Lathief

Aku ini belum merdeka,
Masih banyak kata kataku yang takut berbeda
Aku ini belum juga merdeka,
Karena ketika ada yg berbeda akupun takut dan marah padanya
Aku ini belum merdeka,
Jumlah followerku 8,6 K
Namun semuanya menyanjungku tiada tara
Tak ada satupun yg berani berbeda dari nyanyian dan titahku, bila berani menyela pendapatku
Maka yg lain berbondong bondong akan membulimu
Aku ini belum merdeka,
Karna Aku ini takut di kritik
bila aku berani bersuara nanti, presidenku tak akan mengangkatku jadi menteri, atau laris diundang di tipi tipi
Aku ini tidak merdeka,
Bila aku berbicara, bicaraku ini harus mengikuti siapa yg membayarku, atau siapa yg kucondongi
Aku ini tidak akan merdeka,
Kemerdekaanku hampir tidak ada di setiap pemilihan tiba
Aku ini belum merdeka,
Aku memilih siapa yg menguntungkan posisiku
Atau karirku, atau tujuanku
Aku ini belum merdeka,
Karena orang merdeka tidak akan pernah menghentikan daya kritisnya kepada penguasa
Dan orang yg selalu mengkritisi penguasa tak akan  hidup kaya atau menjadi penguasa
Aku belum merdeka,
Karena aku diam setelah aku diberi posisi
Karena aku berhenti mengkritisi
Aku ini belum merdeka
Untuk 71 tahun kemerdekaan negeriku
Aku belum merdeka,
Atau mendapatkan tujuan yg aku teriakkan ketika merdeka
Aku ini belum juga merdeka,
Orang merdeka tak pernah terpenjara
Dalam dirinya

KAKI YANG ENGGAN MENAPAK

KAKI YG ENGGAN MENAPAK

Nahdia El Lathief

Kmarin senja ketika kita membunuh bersama peradaban,
Yogya sebenarnya kota yg hendak mengumpulkan kalian menjadi pendeta
Suatu ketika aku menemukan kakimu yg melayang ke udara
Tak menyentuh tanah
Hidup ini masih enggan pergi
Bila disana nanti aku sendiri
Tak tersentuh oleh tanah, dan bisa mengitarimu leluasa
Adalah kemerdekaanku yg nyata
Membiarkan semuanya dicerna oleh pikiran
Aku masih membuat jarak dg bumi
Dan kendali yg tinggi
Aku tak mau hidup sekali kemudian bukan aku sendiri yg memilih tanah mana yg cocok buat kakiku berpijak
Jadi biar malam ini kukitari sekali lagi
Merenung di kegelapan
Mungkin saja ada yg melewati jalan yg sama disini
Dan aku kerasan atau tak mau pergi

----- yogyakarta, 5/08/16

LECTURED



LECTURER

by Nahdia El

we have a bunch of beetles
Our students come from seven quarters
I asked them about the meaning of knowledge
and they should ask me about life
No a job

Lecturer
in love my whole being streams forth
new of freedom, out of meaning confines of narrowness and self assertion
which make us existed
And life to be transform everyone whom it touches

I am a bunch of beetles
which has the same nest
In the worlds

THE LAMP

The Lamp
( By. Nahdia El )

Dark of the room without lights
I crept like an animal at night
Feel lonely in the world without You
Then has been deserted like a lost conscience
One candle not enough changed lamp and you

Who are you?
Many girl turn down from the sky for you
Only got kissing and waiting
I fold my hands because of blessing
Teach you love and how much prices of life

God,
Till hero in the lamp
Return it into true of live
And we are know
Once faces with love
On the lamp
No doubt
No globe

I love breathe and life in this room without the lamp

Friday 22 July 2016

SAJAK SENDIRI

Sajak Sendiri

By. Nahdia El Lathief

Kamu itu elang yang menawan
Kamu itu kabut hitam yg mengitari desaku
Kamu itu malaikat pencabut nyawa yg membuatku rendah diri
Kamu juga pujangga yg membuat mantra
Kamu sebuah doa
Kamu itu laki laki

Kamu itu wajah yang tak pernah kujumpai
Kamu itu rahim yang dibuat tuhan
Kamu adalah syair syairku yg sendiri
Kamulah yang membuat dermaga dermaga tua mati tanpa kapal menepi
Kamu juga cahaya
Kamu goa
Kamu itu laki laki

Kamu
Hampiri
Aku
Berhenti bermimpi

Tuesday 28 June 2016

SED


Non temen istae omnespartes 
simul inueniuntur, 
sed sed
quaendam inueniutur,
quendam non inueniutur, 
certe intentio aliquanda sola inuenitur, 
sicut in praeiudicialibus formulis, 
qualis est qua quaeritur aliquise libertis sit, 
uel audiodicato et condemnatio numquam solae inueniuntur, nihil enim omnino 
sine intentione uel condemnatione ualet, 
item condemnatio sine demonstratione uel condemnatione ualet. 
Item condemnatio sine 
Sed
abesse potesrt una aliaue.

LANGIT

LANGIT
( Nahdia EL Lathief )

Langit aku jatuh cinta
Namun Cinta tak jatuh dr langit
Langit birumu melangit
Angin membawamu menyusuri bahasa yg tersembunyi darinya
Namun wajahnya semakin menjauh
Menjauh
Berjarak
Ribuan mil lamanya

Langit
Sampaikan bila ada manusia sekecil aku merindukan Nya
Rindu pada bunyi dag dig dug dan  kaki melompat lompat seperti dahulu
Ketika birumu belum disapu hujan
Menjadi mendung yg menahun

Langitkah kamu
Yg menatapku sejak tadi
Seperti melindungi
Namun ketika kuhampiri
Langit itu hampa
Tak kutemui satu pola
Atau ruang ruang dimana batasmu berada

Langit sampaikan padanya
Aku masih memotretmu
Hingga kutemukan satu tanda
Engkau benar benar jatuh cinta

( the end of June 2016 )