PUISI UNTUK ANIS DAN AHOK
by. Nahdia El Lathief
Kita yang kehilangan seteru abadi dikaki bukit ini, mungkin wajah itu sudah dibuang habis dipadang musim
Hanya aku yang mengibarkan pertarungan batin
Bukan umbul umbul perkawinan
Sejak lama manusia desa berubah rubah menanam rumput di ladang
Kadang onak dibakar abis hingga menghitam
Kadang dibiarkan gatal dimakan serangga penghisap darah
Namun aku masih saja melihat kalian penuh cinta
Tanpa ku korek masa silam hanya untuk menuai suara
Pada umumnya tak ada satupun manusia yg tak punya cela
Kalau itu kau untit dan kau cari cari celahnya
Aku suka menempatkan diriku sebagai orang tua
Bukan gadis remaja yang sedang jatuh cinta
Sebagai orang tua tentu tak akan berkata anakku anis lebih hebat dari ahok
Namun pasti aku akan mengatakan pada kalian ayo ahok berprestasilah jangan mau kalah dengan anis
Begitulah aku akan selalu menjadi orang tua, ketika musim semi tiba
Kita yang kehilangan seteru sejati dari dahulu kala
Tak sadar beribu ribu tahun beternak ulat dan tambah menggila
Ulat partai yg gemuk dan berliur
Seperti menggembalakan banteng liar dipadang savana
Rumputpun habis karena terlalu banyak dan beranak pinak, tak cukup sudah kandangnya, terlalu sempit
Kalau pun harus membuat kandang binatang ternak yang lebih besar lagi, aku butuh rumahmu
Rumah tetanggaku
Rumah rumah tuhanmu
masjid dan gereja
Bahkan buat menabung suara tahun 2018
Ridwan kamilpun ikut membuat kandang cepat cepat
Karna memang
Beternak binatang piaraan seperti kuda, banteng dan babi
Memang memabukkan
Apalagi bisa buat tunggangan
Meski harus membuat satu kandang lagi
Tak cukup sudah satu pilihan, harus lebih besar lagi
Engkau butuh rumahku
Rumah tetanggaku
Rumah anak yatim
Rumah rumah Tuhanku
Masjid dan gereja
Puisi ini untuk kalian
Yang gamang memilih seteru
Seterumu bukan anis apalagi ahok
Seterumu adalah dirimu sendiri
by. Nahdia El Lathief
Kita yang kehilangan seteru abadi dikaki bukit ini, mungkin wajah itu sudah dibuang habis dipadang musim
Hanya aku yang mengibarkan pertarungan batin
Bukan umbul umbul perkawinan
Sejak lama manusia desa berubah rubah menanam rumput di ladang
Kadang onak dibakar abis hingga menghitam
Kadang dibiarkan gatal dimakan serangga penghisap darah
Namun aku masih saja melihat kalian penuh cinta
Tanpa ku korek masa silam hanya untuk menuai suara
Pada umumnya tak ada satupun manusia yg tak punya cela
Kalau itu kau untit dan kau cari cari celahnya
Aku suka menempatkan diriku sebagai orang tua
Bukan gadis remaja yang sedang jatuh cinta
Sebagai orang tua tentu tak akan berkata anakku anis lebih hebat dari ahok
Namun pasti aku akan mengatakan pada kalian ayo ahok berprestasilah jangan mau kalah dengan anis
Begitulah aku akan selalu menjadi orang tua, ketika musim semi tiba
Kita yang kehilangan seteru sejati dari dahulu kala
Tak sadar beribu ribu tahun beternak ulat dan tambah menggila
Ulat partai yg gemuk dan berliur
Seperti menggembalakan banteng liar dipadang savana
Rumputpun habis karena terlalu banyak dan beranak pinak, tak cukup sudah kandangnya, terlalu sempit
Kalau pun harus membuat kandang binatang ternak yang lebih besar lagi, aku butuh rumahmu
Rumah tetanggaku
Rumah rumah tuhanmu
masjid dan gereja
Bahkan buat menabung suara tahun 2018
Ridwan kamilpun ikut membuat kandang cepat cepat
Karna memang
Beternak binatang piaraan seperti kuda, banteng dan babi
Memang memabukkan
Apalagi bisa buat tunggangan
Meski harus membuat satu kandang lagi
Tak cukup sudah satu pilihan, harus lebih besar lagi
Engkau butuh rumahku
Rumah tetanggaku
Rumah anak yatim
Rumah rumah Tuhanku
Masjid dan gereja
Puisi ini untuk kalian
Yang gamang memilih seteru
Seterumu bukan anis apalagi ahok
Seterumu adalah dirimu sendiri
No comments:
Post a Comment